Warga di Gaza Hadapi Bencana Kelaparan akibat Blokade Israel, Bertaruh Nyawa demi Dapat Makanan
Warga Palestina di Gaza tak hanya berisiko kehilangan nyawa akibat serangan Israel, tapi juga karena bencana kelaparan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Suci BangunDS
Diketahui, hingga saat ini, serangan Israel telah menewaskan sekitar 30.140 warga Palestina dan melukai 71.700 lainnya.
Tak hanya itu, serangan Israel juga menyebabkan kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.
Setidaknya 60 persen infrastruktur di Gaza telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Blokade Israel terhadap jalur Rafah yang menjadi satu-satunya gerbang bantuan kemanusiaan, semakin memperparah situasi di Gaza.
UNRWA: Hal Terburuk Mungkin akan Terjadi di Gaza
Sementara itu, Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, memberikan gambaran suram mengenai kondisi di Gaza, juga tekanan terhadap lembaganya.
Hal ini disampaikan Lazzarini dalam pidato di Majelis Umum PBB (UNGA) baru-baru ini.
Lazzarini mengatakan, jumlah korban tewas dan kerusakan di Gaza akibat serangan Israel, lebih banyak dibandingkan konflik di manapun.
Baca juga: Abu Obeida: Rezim Netanyahu Sengaja Bunuh Sandera Israel di Gaza untuk Lari dari Tanggung Jawab
"Di Gaza, hanya dalam waktu lima bulan, lebih banyak anak-anak, lebih banyak jurnalis, lebih banyak tenaga medis, dan lebih banyak staf PBB yang terbunuh, dibandingkan di manapun di unia selama konflik.
"Lebih dari 30 ribu warga Palestina dilaporkan tewas hanya dalam 150 hari. Sekitar lima persen penduduknya tewas, terluka, atau hilang," urai Lazzarini, dilansir AlJazeera.
Ia juga menyinggung kelaparan yang sedang terjadi di Gaza, yang juga mengancam bayi-bayi berusia beberapa bulan.
"Kelaparan ada di mana-mana. Kelaparan yang disebabkan oleh ulah manusia akan segera terjadi dan bayi-bayi, yang baru berusia beberapa bulan, sekarat karena kekuangan gizi dan dehidrasi."
"Tapi, kita mungkin akan melihat lebih banyalk lagi kengerian yang terjadi di Gaza," sambung dia.
Lazzarini mencatat, tidak diketahui berapa banyak orang yang masih terkubur di bawah reruntuhan di Gaza dan menyatakan keprihatinan tentang nasib sekitar 300.000 orang yang terisolasi di utara, yang terputus dari pasokan kemanusiaan.
Ia juga mengkritik ancaman serangan Israel terhadap Rafah, tempat sekitar 1,4 juta pengungsi terkonsentrasi.
“Terlepas dari semua kengerian yang dialami warga Gaza, dan yang telah kita saksikan, hal terburuk mungkin masih akan terjadi,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)