Menteri Israel Serukan Hapus Bulan Ramadan agar Tidak Ganggu Perang
Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu menyerukan untuk menghapus bulan Ramadan agar tidak menggangu perang, Anadolu Agency melaporkan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Israel menyerukan untuk menghapus bulan Ramadan agar tidak menggangu perang, Anadolu Agency melaporkan.
"Apa yang disebut sebagai bulan Ramadan harus dihilangkan," kata Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu pada Jumat (1/3/2024.
Menteri sayap kanan tersebut, merupakan menteri dari Partai Otzma Yehudit, yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir.
Menyusul kebocoran informasi keamanan Israel, memicu kekhawatiran akan terjadinya peningkatan situasi di Tepi Barat yang diduduki selama bulan Ramadan, apalagi ada seruan pembatasan akses ke Masjid Al Aqsa selama puasa.
Media Israel mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menekan Israel untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, terutama mengenai pertukaran sandera sebelum Ramadan.
Menanggapi desakan Washington, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu pada Kamis (29/2/2024) menegaskan terlalu dini untuk menyatakan Tel Aviv menerima kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dengan Hamas.
Pembicaraan menganai perjanjian gencatan senjata dan sandera berlanjur, dibantu oleh AS, Qatar, dan Mesir, Presiden AS Joe Biden menyebut bahwa Tel Aviv akan menghentikan perangnya melawan Gaza selama bulan suci Ramadan, jika kesepakatan tercapai.
Dikutip dar Middle East Monitor, kelompok militan Hamas Palestina, diyakini menyandera lebih dari 130 warga Israel, telah menuntut diakhirinya serangan Israel di Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan pembebasan tahanan.
Kesepakatan gencatan senjata pertama dicapai pada November 2023 kemarin, mencakup pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak dilepaskan dari tahanan.
Seperti diketahui, Israel melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak Hamas meluncurkan 5.000 roket pada 7 Oktober 2023, dikutip dari Haaretz.
Sejak perang 7 Oktober, Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Baca juga: 500 Masjid di Gaza Hancur, Akses Warga Palestina ke Al–Aqsa Dibatasi Sepekan Jelang Ramadhan
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Lebih jauh, Israel dituduh melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional, berdasarkan gugatan yang diajukan oleh Afrika Selatan pada akhir tahun kemarin, Al Jazeera melaporkan.
Melalui keputusan sementara yang dikeluarkan Mahkamah Internasional pada Januari, Israel diperintahkan untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.