Pria Australia Terancam Penjara Karena Ancaman Bom kepada Keluarga yang Pasang Bendera Palestina
Pria Australia didakwa mengancam keluarganya dengan 'bom palsu' yang diduga karena keluarga itu mendukung Palestina.
Penulis: Muhammad Barir
Pria Australia Didakwa Ancam Sebuah Keluarga dengan Bom, Diduga karena Keluarga Itu Dukung Palestina
TRIBUNNEWS.COM- Pria Australia didakwa mengancam keluarganya dengan 'bom palsu' yang diduga karena keluarga itu mendukung Palestina.
Seorang pria Australia didakwa oleh polisi pada hari Kamis karena mengancam sebuah keluarga di Sydney.
Menurut salah satu senator negara tersebut secara terbuka, keluarga itu mendukung Palestina, Anadolu Agency melaporkan.
Bom rakitan ditanam di mobil di rumah Sydney yang mengibarkan bendera Palestina.
Alat peledak yang terbuat dari jerigen, kain lap, korek api sekali pakai dan baut besar ditemukan di kap kendaraan di pinggiran kota Botany.
Namun, dukungan mereka terhadap Palestina bukanlah salah satu motivasi yang diidentifikasi oleh polisi New South Wales.
Setelah pria berusia 44 tahun itu memasang bom di kap mobil keluarga tersebut di luar rumah mereka pada bulan Januari.
Setelah penyelidikan terhadap barang tersebut, polisi mengatakan tim penyelamat dan penjinak bom “menganggap barang tersebut aman”.
Seorang anggota keluarga kemudian menerima ancaman telepon pada 16 Februari, kata pernyataan itu, dan menambahkan bahwa hal ini memicu penyelidikan atas masalah tersebut.
Polisi, pada hari Kamis, mengeluarkan surat perintah penggeledahan di rumah lain di pinggiran timur Botany, menyita beberapa barang dan menangkap pria tersebut.
Dia didakwa mengirimkan artikel yang menimbulkan kekhawatiran, serta intimidasi, pelecehan, dan pelanggaran.
Namun Theo, salah satu anggota keluarga yang diancam, menyatakan bahwa barang tersebut memang bom, menurut media setempat.
Menurut Theo, petugas investigasi mengonfirmasi bahwa benda tersebut adalah alat peledak rakitan yang tidak memiliki kemampuan untuk meledak dari jarak jauh, lapor situs berita independen Michael West Media.