Bandel dan Keras Kepala, Netanyahu Ngotot Akan Serang Rafah untuk 'Rampungkan Pekerjaan' di Gaza
PM Israel Benjamin Netanyahu mengaku akan tetap menyerang Kota Rafah di Jalur Gaza meski dikritik banyak pihak.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras akan melancarkan serangan Kota Rafah di Jalur Gaza.
Padahal, sudah ada banyak desakan dari masyarakat dunia agar Netanyahu mengurungkan niatnya lantaran sudah banyak warga sipil Palestina yang jadi korban tewas.
Netanyahu juga kembali menegaskan bahwa desakan dari masyarakat dunia dan kritik yang diarahkan kepada Israel tak akan menghentikan negara Zionis itu.
Dia mengklaim keberlangsungan negara Israel sedang dipertaruhkan. Selain itu, menurutnya “kemenangan total” sudah dekat.
Adapun Rafah adalah kota besar di Gaza selatan dan berada di dekat perbatasan Gaza-Mesir.
Rafah saat ini menjadi tempat berlindung sekitar 1,5 juta warga Palestina yang kini mengungsi.
Kota tersebut penuh sesak oleh warga Palestina setelah Pasukan Pertahanan Israel meminta mereka untuk mengevakuasi diri dari Gaza utara.
Netanyahu berulang kali menolak desakan untuk melakukan gencatan senjata. Dia menyebut Israel harus menyingkirkan benteng terakhir Hamas.
“Demi memenangkan perang ini, kami harus menghancurkan batalion terakhir Hamas di Rafah,” ujar Netanyahu dalam pesan video kepada ogranisasi pro-Israel bernama AIPAC di Washington, AS, hari Selasa, (12/3/2024), dikutip dari Russia Today.
“Kami harus merampungkan pekerjaan di Rafah,” katanya.
Belum sampaikan rencana lindungi warga sipil
Baca juga: Israel Sandera 14 Staf Bulan Sabit Merah Palestina, Keluarga Khawatir Mereka Disiksa IDF
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Matthew Miller mengatakan Israel belum menyampaikan rencana melindungi warga sipil di Rafah jika serangan ke kota itu benar-benar dilakukan.
“Mereka belum menyampaikannya,” kata Miller saat menjawab pertanyaan dari wartawan tentang rencana Israel.
“Saya tidak akan membicarakan percakapan yang kami lakukan dengan mereka (pemerintah Israel) tapi kami sudah menjelaskannya, baik dalam percakapan privat dan terbuka beberapa kali, bahwa ini penilaian kami, bahwa mereka tidak bisa atau seharusnya tidak masuk ke Rafah tanpa rencana bantuan kemanusiaan yang kredibel dan sungguh bisa mereka terapkan,” kata Miller.
Bulan lalu Israel memperingatkan akan memperluas serangan daratnya hingga ke Rafah jika pada awal Ramadan Hamas tidak membebaskan sandera yang masih tersisa di Gaza.