Bencana Kelaparan di Gaza Makin Parah, UNRWA: Satu dari Tiga Anak Derita Kekurangan Gizi Akut
Untuk mencegah bencana kelaparan yang makin parah, negara-negara Barat telah meminta Israel agar mengizinkan masuknya bantuan.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan satu dari tiga anak di Gaza dengan rentan usia bawah 2 tahun terindikasi mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi akut.
Pernyataan ini diungkap UNRWA usai bencana kelaparan di wilayah Gaza kian memprihatinkan pasca militer Israel terus membombardir Jalur Gaza serta menangguhkan akses truk – truk bantuan kemanusian yang akan memasuki wilayah perbatasan.
Imbasnya lebih dari 2,3 juta penduduknya yang mengungsi harus menghadapi krisis kemanusiaan, termasuk anak-anak di Gaza yang kini mengalami stunting dan malnutrisi akut, akibat stok bahan pangan tak bisa masuk ke wilayah pengungsian.
Baca juga: Kapal Bantuan Kedua untuk Gaza Siap Berlayar dari Siprus, Bawa 240 Ton Makanan
"Kekurangan gizi pada anak-anak menyebar dengan cepat dan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza," kata UNRWA dalam sebuah unggahan di media sosial yang dikutip Al Jazeera.
Senada dengan UNRWA, sejumlah rumah sakit di Gaza juga mengatakan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekurangan gizi akut dan dua dari setiap 10.000 anak di Gaza meninggal setiap hari karena kelaparan atau kekurangan gizi.
Untuk mencegah bencana kelaparan yang makin parah, negara-negara Barat telah meminta Israel agar mengizinkan masuknya bantuan.
Namun Netanyahu mengatakan mereka tidak membatasi bantuan kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza, dan menyalahkan lambatnya pengiriman bantuan karena ketidakmampuan atau ketidakefisienan di antara badan-badan PBB.
Pengungsi Gaza Nekat Makan Rumput Liar Demi Bisa Bertahan Hidup
Imbas krisis yang memicu langkanya ketersediaan pangan, para pengungsi di Gaza terpaksa mengkonsumsi rumput liar demi bisa bertahan hidup.
Salah seorang pengungsi Gaza, Um Youssef Awadiyeh menuturkan bahwa keluarganya harus mengkonsumsi rumput liar dengan cara direbus dengan air tanpa nasi agar bisa bertahan hidup.
Tak hanya itu dampak dari krisis juga membuat para pengungsi terpaksa mengolah pakan ternak menjadi tepung untuk bahan pangan.
Badan pemantau hak asasi manusia euro-med bahkan menggambarkan situasi yang tengah terjadi di gaza sebagai "perang kelaparan".
"Kami tahu ada risiko kelaparan yang sangat serius di gaza jika kami tidak memberikan bantuan pangan dalam jumlah yang sangat besar secara rutin," kata kepala regional wfp, matt hollingworth.
Bantuan Via Udara dan Laut Dibuka
Demi menekan lonjakan korban jiwa akibat kasus malnutrisi, sejumlah negara kini mulai menyalurkan bantuan via udara ke Gaza, seperti yang baru-baru ini dilakukan AS, Prancis, Uni Emirat Arab, Mesir dan Yordania.
Tak hanya paket makanan dan minuman bantuan obat-obatan dan perbekalan kemanusiaan untuk rumah sakit juga ikut disebar melalui parasut-parasut yang dijatuhkan dari pesawat melalui pintu perbatasan Rafah, yang berbatasan dengan Mesir.
Selain mengirimkan paket pangan via langit, bantuan kemanusiaan juga turut dikirimkan melalui jalur laut. World Central Kitchen, yang merintis rute laut melaporkan bahwa kapal bantuan yang memuat 200 ton makanan telah tiba di Gaza setelah berlayar dari Siprus.
"Semua muatan kargo telah diturunkan dan dipersiapkan untuk didistribusikan ke Gaza," sebut World Central Kitchen, badan amal Amerika Serikat (AS), yang bekerja sama dengan Open Arms, badan amal Spanyol, dalam penyaluran bantuan via jalur laut.