Kata Netanyahu Soal Nasib 100 Tahanan Israel Dibalas Genjatan Senjata 6 Minggu, Ikuti Mau Hamas?
Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan terus berusaha mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan pembebasan 100 sandera
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan terus berusaha mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan pembebasan 100 sandera dengan imbalan jeda enam minggu dalam pertempuran.
Hal itu diungkapkan Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Dana Bash dari CNN, Minggu (17/3/2024).
Dirinya juga angkat bicara soal kemungkinan kesepakatan tersebut.
"Waktu akan menjawabnya, namun tuntutan Hamas yang aneh, membuat kesepakatan itu jauh lebih sulit. Tapi kami akan terus berusaha karena kami ingin para sandera itu kembali."
Menurutnya untuk mengembalikan sandera, Israel akan melanjutkan serangan militer.
"Kami akan terus berusaha mengeluarkan para sandera tersebut," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Hamas telah mengusulkan gencatan senjata baru selama 6 minggu di Gaza dan pertukaran beberapa lusin sandera Israel dengan tahanan Palestina.
Proposal terbaru ini tampaknya merupakan perubahan bagi Hamas, yang sayap bersenjatanya mengatakan pada awal bulan ini bahwa "tidak akan ada kompromi" terhadap tuntutannya agar Israel menarik diri dari Gaza sebelum sandera dibebaskan.
Hamas ingin gencatan senjata ini mengarah pada penarikan sepenuhnya Israel dari Jalur Gaza dan gencatan senjata permanen.
"Selama gencatan senjata yang diusulkan, militan Gaza akan membebaskan sekitar 42 sandera yang ditahan sejak serangan pada tanggal 7 Oktober," kata seorang pejabat dari kelompok militan tersebut mengatakan pada hari Jumat seperti dilansir dari Arabnews, Jumat.
Untuk setiap sandera yang dibebaskan, antara 20 hingga 50 tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Baca juga: Sumber Keamanan Israel: Masih Ada 4-6 Ribu Pejuang Hamas di Gaza Utara dan Tengah
Diketahui selama serangan 7 Oktober, para militan menyandera sekitar 250 sandera Israel dan asing, puluhan di antaranya dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu di bulan November.
Israel meyakini bahwa sekitar 130 tawanan masih berada di Gaza, termasuk 32 orang yang diduga tewas.
Proposal ini juga mencakup pembebasan wanita, anak-anak, orang tua, dan sandera yang sakit.
Hamas mengatakan, selama gencatan senjata selama enam minggu, pasukan Israel harus menarik diri dari "semua kota dan wilayah berpenduduk di Jalur Gaza" dan mengizinkan kembalinya warga Gaza yang mengungsi "tanpa batasan," kata pejabat itu.
Proposal Hamas juga menyerukan untuk meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan, pejabat itu menambahkan.
Ketentuan gencatan senjata pada akhirnya akan melihat "penarikan militer Israel sepenuhnya dari Jalur Gaza" dan pertukaran sandera tawanan yang komprehensif yang melibatkan pembebasan semua sandera untuk "sejumlah tahanan Palestina yang disepakati," menurut pejabat itu.
"Mesir dan Qatar, bersama dengan Amerika Serikat, bertanggung jawab untuk menindaklanjuti dan memastikan implementasi perjanjian tersebut," kata pejabat itu.
Serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan resmi AFP.
Kampanye militer pembalasan Israel untuk menghancurkan Hamas telah menewaskan sedikitnya 31.490 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Israel sejauh ini menolak untuk menarik diri dari Gaza dengan mengatakan bahwa langkah tersebut akan menjadi kemenangan bagi Hamas.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Hamas terus mengajukan tuntutan yang tidak realistis tetapi pembaruan tentang pembicaraan gencatan senjata akan diserahkan kepada kabinet perang Israel pada hari Jumat. (CNN)