Perang Israel-Hamas Berlanjut, Warga Gaza Berpuasa di Tengah Ancaman Kelaparan, Tak Temukan Makanan
Umat Islam di Gaza berpuasa di tengah ancaman kelaparan, karena perang masih berlangsung.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
Kesepakatan untuk mengadakan pembicaraan tentang Rafah terjadi ketika Biden dan Netanyahu berbicara pada hari Senin.
Ini merupakan interaksi pertama mereka dalam lebih dari sebulan, ketika perpecahan semakin meningkat antara sekutu mengenai krisis pangan di Gaza dan perilaku Israel selama perang.
Jake Sullivan mengatakan, pembicaraan akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang dan diperkirakan akan melibatkan pakar militer, intelijen, dan kemanusiaan.
Gedung Putih skeptis terhadap rencana Netanyahu untuk melakukan operasi di kota Rafah di selatan, tempat sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina berlindung.
Sullivan mengatakan, Biden dalam panggilan telepon tersebut sekali lagi mendesak Netanyahu untuk tidak melakukan operasi Rafah.
"Para pejabat AS akan memaparkan pendekatan alternatif yang akan menargetkan elemen-elemen penting Hamas di Rafah dan mengamankan perbatasan Mesir-Gaza tanpa invasi darat besar-besaran," katanya.
“Presiden telah menolak, dan mengulanginya lagi hari ini, bahwa mengajukan pertanyaan tentang Rafah sama dengan mengajukan pertanyaan tentang mengalahkan Hamas,” terang Sullivan.
“Itu hanya omong kosong. Posisi kami adalah bahwa Hamas tidak boleh dibiarkan berlindung di Rafah atau di mana pun, namun operasi darat besar-besaran di sana adalah sebuah kesalahan."
"Hal ini akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil yang tidak bersalah, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan, memperdalam anarki di Gaza dan semakin mengisolasi Israel secara internasional," paparnya.
Baca juga: Anak-anak Bahkan Bayi di Gaza Sudah Tak Lagi Punya Tenaga untuk Menangis, Bangsal Sepi, Kata UNICEF
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk meningkatnya pemboman dan penghancuran yang dilakukan pasukan Israel di Rafah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan tindakan segera untuk mencegah kelaparan di Gaza utara, sebuah bencana yang ia sebut sepenuhnya disebabkan oleh ulah manusia.
Jurnalis Al Jazeera Ismail al-Ghoul telah dibebaskan setelah 12 jam ditahan Israel.
Pasukan Israel memukulinya dengan kejam ketika mereka menahannya dalam penggerebekan di Rumah Sakit al-Shifa Kota Gaza.
Baca juga: Menlu AS: Seluruh Penduduk Gaza Alami Kerawanan Pangan Akut yang Parah
Al-Ghoul menggambarkan dirinya dipaksa berbaring tengkurap selama 12 jam dengan mata tertutup dan tangan terikat, ketika pasukan Israel melepaskan tembakan ke dekat tahanan untuk menimbulkan ketakutan.