Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Israel Tewaskan Sedikitnya 17 Orang di Gaza Selatan setelah PBB Keluarkan Resolusi Gencatan Senjata

PBB menyerukan gencatan senjata, tapi Israel masih saja melancarkan serangan udaranya ke Rafah.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Israel Tewaskan Sedikitnya 17 Orang di Gaza Selatan setelah PBB Keluarkan Resolusi Gencatan Senjata
Xinhua
Orang-orang berkumpul di sekitar sebuah bangunan yang hancur di Rafah pada hari Minggu (3/3/2024) setelah serangan udara Israel menghantam kota selatan Jalur Gaza tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 17 orang tewas dalam serangan udara Israel di kota Rafah, selatan Gaza, pada Selasa (26/3/2024) pagi.

Empat anak termasuk di antara mereka yang tewas dalam pemboman itu, kata sumber lokal kepada kantor berita resmi Wafa.

Warga Palestina menyebut adanya ledakan besar dan tembakan artileri berat di sekitar kota pada Selasa pagi.

Sementara itu “sabuk api”, atau rentetan serangan rudal, dilaporkan terjadi di kota utara Beit Lahia.

Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera.

Resolusi tersebut, yang disahkan dengan 14 suara mendukung dan satu abstain dari AS, merupakan resolusi PBB pertama mengenai gencatan senjata sejak perang dimulai pada bulan Oktober tahun lalu.

Lebih dari 32.300 warga Palestina telah terbunuh sejak saat itu.

(Kiri-Kanan) Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menyaksikan Duta Besar Aljazair untuk PBB Amar Bendjama dan Duta Besar Tiongkok untuk PBB Zhang Jun mengangkat tangan mereka untuk memberikan suara ya pada resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza selama konflik. Pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina, di markas besar PBB di New York pada tanggal 25 Maret 2024. - Setelah lebih dari lima bulan perang, Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya mengesahkan sebuah resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza. Amerika Serikat, sekutu Israel yang memveto rancangan undang-undang sebelumnya, abstain. (Photo by ANGELA WEISS / AFP)
(Kiri-Kanan) Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menyaksikan Duta Besar Aljazair untuk PBB Amar Bendjama dan Duta Besar Tiongkok untuk PBB Zhang Jun mengangkat tangan mereka untuk memberikan suara ya pada resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza selama konflik. Pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina, di markas besar PBB di New York pada tanggal 25 Maret 2024. (AFP/ANGELA WEISS)

Kunjungan Haniyeh ke Iran

Berita Rekomendasi

Bersamaan dengan serangan di Rafah, Ketua Hamas Ismail Haniyeh dijadwalkan mengunjungi Teheran, menurut media milik pemerintah Iran.

Kunjungan tersebut, yang mana Haniyeh diperkirakan akan bertemu dengan Menlu Iran Hossein Amirabdollahian, pertama kali dilaporkan oleh Press TV.

Haniyeh juga diperkirakan akan mengadakan konferensi pers di ibu kota Iran.

Teheran menyambut baik resolusi gencatan senjata PBB namun mengatakan langkah tersebut tidak lah cukup.

Baca juga: Tolak Klaim AS, PBB Tegaskan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza Mengikat seperti Hukum Internasional

Amerika Serikat abstain dalam pemungutan suara pada sidang PBB hari Senin (25/3/2024), menandakan adanya perubahan dalam dukungan setia mereka terhadap Israel.

Tindakan tersebut membuat marah para pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Netanyahu langsung membatalkan kunjungan delegasinya ke Gedung Putih.

Resolusi disambut baik

Banyak negara menyambut baik resolusi gencatan senjata, termasuk UEA, Qatar, Yordania, Lebanon, dan juga Indonesia.

Lebanon telah menjadi sasaran serangan udara rutin Israel sejak pertempuran lintas batas dimulai pada 8 Oktober.

Liga Arab mengatakan resolusi tersebut sudah lama tertunda dan sekarang perlu ditegakkan di lapangan.

Israel berulang kali menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata, dan tetap teguh pada niatnya untuk menyerang Rafah.

Rafah yang berbatasan dengan Mesir, merupakan tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan setelah mengungsi dari Gaza utara dan tengah.

Pada hari Senin, IDF mengklaim operasi delapan hari di rumah sakit terbesar di Gaza adalah salah satu operasi perang yang paling sukses.

Serangan di Al Shifa, di kota Gaza, sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 170 warga Palestina, dan sedikitnya 500 orang ditangkap.

Militer Israel mengklaim rumah sakit digunakan oleh Hamas sebagai pusat komando.

Tuduhan itu dibantah keras oleh staf medis.

Di Khan Younis, Bulan Sabit Merah Palestina mengevakuasi staf medis dan pasien dari Rumah Sakit Al Amal yang terkepung setelah pasukan Israel membunuh dua orang dalam penggerebekan di kompleks tersebut.

Rumah sakit tersebut kini benar-benar tidak berfungsi lagi, organisasi tersebut mengkonfirmasi pada Selasa pagi, meninggalkan Gaza tanpa kompleks medis yang berfungsi.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas