Belanda Kirim Pasukan Untuk Duel Dengan Houthi di Laut Merah, Dalih Lindungi Jalur Perdagangan Dunia
Pemerintah Belanda menerjunkan sejumlah pasukan untuk bergabung dalam misi Angkatan Laut Uni Eropa, menghajar Houthi Yaman
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, AMSTERDAM – Pemerintah Belanda menerjunkan sejumlah pasukan untuk bergabung dalam misi Angkatan Laut Uni Eropa, menghajar Houthi Yaman yang saat ini tengah menguasai jalur perdagangan dunia Laut Merah.
Tak hanya itu Menteri Pertahanan Belanda juga mengutus kapal perang HNLMS Tromp dan kapal serbaguna Karel Doorman untuk berkontribusi menjaga keamanan maritim dengan melindungi kapal dari serangan Houthi di wilayah Laut Merah.
“Fregat Belanda HNLMS Tromp telah tiba di Laut Merah, untuk membantu misi maritim melawan serangan Angkatan Bersenjata Yaman,” jelas Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Ollongren dikutip dari Al Mayadeen.
Baca juga: Komando Pusat AS: Kapal Tanker China Terbakar Kena Rudal Balistik Houthi, Yaman Salah Sasaran?
Menurut cuitan yang diunggah Kementerian Pertahanan Belanda di platform X, rencananya kapal Tromp yang mengangkut rudal terpadu akan ditempatkan di sekitar wilayah Laut Merah selama 25 hari kedepan.
Sementara kapal Karel Doorman yang dipasangi 12 pucuk kanon anti pesawat kaliber 40 mm akan melaksanakan tugas di Laut Merah antara akhir April dan akhir Agustus.
Langkah ini diambil pemerintah Belanda menyusul upaya Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang telah lebih memerintahkan negara UE untuk mengirimkan kapal perangnya ke wilayah itu, untuk mengamankan kapal-kapal dagang yang melintas di Laut merah yang merupakan jalur perdagangan terpenting di dunia.
Dibawah komando UE Perancis, Yunani, Italia, dan Jerman berkomitmen untuk bergabung dalam operasi Aspides, yang berarti pelindung, melindungi kapal komersial dan mencegah serangan terhadap Houthi di darat.
Kekisruhan Houthi Buat Pengusaha Ritel Menjerit
Konflik Laut Merah pecah pada November lalu tepatnya setelah Houthi, milisi sayap kanan Iran melakukan serangan ke kapal – kapal yang terafiliasi dengan Israel di Laut Merah.
Pejabat Houthi beranggapan blokade dan penyerangan yang mereka lakukan adalah bentuk protes atas agresi Israel di Gaza, Palestina yang telah menewaskan lebih dari 28.000 jiwa.
Namun akibat serangan itu, ratusan kapal dagang global terpaksa putar arah melewati jalur Semenanjung Harapan demi menghindari Laut Merah.
Imbas serangan Houthi terhadap kapal – kapal dagang di wilayah Laut Tengah yang tak kunjung mereda, para pengusaha ritel Eropa mulai menjerit lantaran kewalahan menanggung biaya transportasi yang tinggi.
Selain mengalami pembengkakan biaya, kekisruhan di Laut Merah juga membuat perusahaan ritel Eropa kesulitan untuk mengirimkan pesanan dengan tepat waktu akibat adanya penundaan pengiriman selama 2 -3 minggu, buntut perubahan rute ke Tanjung Harapan.
Permasalahan ini yang membuat bisnis ritel di Eropa mulai goyah dan terancam merugi akibat kesulitan menutup laba produksi ditengah lonjakan biaya transport.
“Semakin lama maskapai penerbangan terpaksa melakukan perubahan rute, semakin banyak bisnis, dan pada akhirnya konsumen, yang akan menderita akibat biaya tambahan yang menambah tingginya biaya hidup di Eropa,” kata Badan industri ritel Eropa, Eurocommerce dikutip dari Reuters.
Serangan Houthi Picu Kebangrutan di Sektor Otomotif
Selain sektor ritel, serangan Houthi juga membuat bisnis otomotif dunia boncos. Salah satunya Michelin, produsen ban asal Prancis. Akibat lambatnya durasi pengiriman serta kenaikan tarif kargo yang memicu krisis suku cadang, membuat empat cabang toko ban mereka yang berada di Spanyol terpaksa mandek berproduksi.
Pabrik kendaran listrik milik Elon Musk,Tesla Inc juga mengambil langkah yang sama dengan memutuskan menunda sebagian besar produksinya di pabrik dekat Berlin, akibat kurangnya persediaan komponen karena perubahan rute pengiriman.
Menurut analis AutoForecast Solutions yang melacak rantai pasokan dan produksi otomotif memperkirakan dampak dari pengalihan rute ini akan memicu penurunan produksi otomotif besar – besaran di Eropa, lantaran Tesla dan sejumlah perusahaan otomotif asal Eropa sangat bergantung pada jalur Laut merah.
“Podusen kendaraan Eropa mengandalkan begitu banyak komponen utama dari Asia, dan khususnya Tiongkok. Apabila ketegangan di Laut Merah terus terjadi hal itu berpotensi menjadi titik lemah dalam rantai pasokan produsen mobil mana pun, sehingga produksi terus-menerus dilakukan berisiko,” kata Sam Fiorani, wakil presiden di AutoForecast Solutions.