Tentara Israel Mundur, RS Al-Shifa Terbesar di Gaza Hancur, 6 Mayat Tergeletak di Halaman
Pasukan tentara Israel mundur dari rumah sakit terbesar di Gaza, RS Al-Shifa dengan meninggalkan kehancuran gedung serta mayat
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel mundur dari rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa pada Senin (1/4/2024).
Hal ini dilakukan setelah serangan selama dua minggu berimbas dengan meninggalkan beberapa mayat dan kerusakan gedung-gedung rumah sakit.
Pasukan tentara Israel menyebutkan, serangan di Rumah Sakit Shifa sebagai salah satu operasi paling sukses dalam perang yang berlangsung hampir enam bulan.
Dikatakan, tentara Israel membunuh sejumlah anggota Hamas dan militan lainnya, termasuk para pejabat senior, dan menyita senjata serta informasi intelijen.
Pernyataan tersebut mengonfirmasi bahwa pasukan telah ditarik pada hari Senin, seperti dilaporkan oleh CBS News.
“Pasukan telah menyelesaikan aktivitas operasional tepat di area Rumah Sakit Shifa dan keluar dari area rumah sakit,” kata militer.
Badan kesehatan PBB mengatakan beberapa pasien meninggal dan puluhan lainnya berada dalam risiko dalam agresi Israel.
Serangan bertubi-tubi juga menyebabkan sebagian bangunan rumah sakit sudah tidak berfungsi lagi.
Pertempuran sengit selama berhari-hari menunjukkan, Hamas masih dapat melakukan perlawanan bahkan di salah satu wilayah yang paling parah terkena dampaknya di Gaza.
Mohammed Mahdi, salah satu di antara ratusan warga Palestina yang kembali ke wilayah tersebut, menggambarkan situasi terkini RS Shifa.
"Terjadi kehancuran total," ucapnya.
Baca juga: Israel Bikin Zona Eksekusi di Jalur Gaza Utara, Warga Palestina yang Masuk akan Dibunuh
Dia mengatakan beberapa bangunan telah terbakar hangus. Dia menghitung ada enam mayat di daerah tersebut, termasuk dua di halaman rumah sakit.
Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan bangunan rusak berat dan hangus, gundukan tanah yang dibawa oleh buldoser, dan pasien yang ditandu di koridor yang gelap.
Warga lainnya, Yahia Abu Auf, mengatakan masih ada pasien, pekerja medis, dan pengungsi yang berlindung di dalam kompleks medis setelah beberapa pasien dibawa ke Rumah Sakit Ahli terdekat.