Revolusioner Houthi Berseru Perangi Israel, Pamer Capaian Brigade Al-Qassam dan Front di Laut Merah
Pemimpin revolusi Houthi, al-Sayeed Abdul-Malik Badr al-Din al-Houthi menegaskan sikapnya untuk teguh membela kemerdekaan Palestina lawan Israel
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nuryanti
Pemimpin revolusi tersebut menjelaskan, stabilitas dan kohesi di Gaza menandakan fase baru di mana musuh Israel sedang menuju ke arah kehancuran.
“Front kami di Yaman melanjutkan operasi militer di Laut Merah dan Laut Arab, hingga ke Samudera Hindia," sebutnya.
Dia melanjutkan, operasi Yaman hanya dalam sebulan berjumlah 34 operasi yang dilakukan dengan 125 rudal balistik dan bersayap serta drone.
Jumlah total kapal yang menjadi sasaran mencapai 90 kapal, di tengah pengakuan Amerika dan Inggris atas ketidakmampuan mereka menghentikan serangan.
Gambarannya adalah demonstrasi, pawai, acara dan berbagai kegiatan sebagai hal yang berbeda dari semua negara dan masyarakat Arab dan Islam.
Pihaknya juga menekankan pentingnya Hari Yerusalem Internasional menjadi lebih jelas dengan perkembangan saat ini dan agresi Israel dengan kebrutalan dan kejahatannya terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Kata dia, persoalan Palestina tidak menerima kompromi karena yang terdepan adalah Masjid Al-Aqsa dan umat Islam Palestina yang tertindas, kemudian menekankan musuh Zionis-Yahudi adalah musuh seluruh bangsa.
Al-Sayeed menyatakan penyesalannya atas upaya beberapa rezim Arab untuk memutarbalikkan posisi Palestina dan posisi Mujahidin.
Ia berbicara tentang upaya musuh untuk memutarbalikkan posisi apa pun yang mendukung Palestina, termasuk posisi Iran, yang menyimpang meskipun itu adalah posisi Islam.
Ia menyatakan bahwa Amerika, dengan segala kemampuannya, mengambil tindakan secara politik, media, dan militer di semua tingkatan, dengan dukungan terbuka, dan mengorganisir jembatan udara dan laut.
Pemimpinnya menunjukkan, rakyat Palestina telah menjadi sasaran kejahatan genosida selama lebih dari 75 tahun.
Dia menganggap kelaparan dua juta warga Palestina merupakan kejahatan mengerikan yang seharusnya mendorong negara-negara Arab dan Islam untuk mengambil tindakan, dan bertanya, “Di mana negara-negara besar Arab?”
Al-Sayeed menunjukkan, bahwa kegagalan sebagian besar negara-negara Islam menunjukkan kebutuhan yang sangat mendesak akan kesadaran dan rasa tanggung jawab.
“Kapankah akan terjadi jihad di jalan Allah jika tidak mengambil tindakan dalam menghadapi kezaliman dan kejahatan Zionis-Israel?”