Raisi Ancam akan Musnahkan Rezim Zionis Jika terjadi Serangan Besar di Iran
Presiden Iran Ebrahim Raisi ancam akan msnahkan rezim Zionis jika terjadi serangan besar di Iran selama kunjungannya ke Pakistan, Selasa (23/4/2024).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengancam akan memusnahkan rezim Zionis jika terjadi serangan besar di Iran.
"Serangan Israel ke wilayah Iran dapat mengubah dinamika secara radikal dan mengakibatkan tidak ada lagi yang tersisa dari rezim Zionis," kata Raisi selama kunjungannya ke Pakistan, dikutip kantor berita resmi IRNA, Selasa (23/4/2024).
Saat ini Raisi sedang berkunjung ke Pakistan.
Tur Raisi ke Pakistan sudah dimulai dari Senin (22/4/2024) kemarin.
Di Pakistan, ia berdialog dengan timpalannya sambil membahas upaya untuk meningkatkan perdagangan antar kedua negara.
Kedua negara Muslim yang bertetangga ini berupaya memperbaiki hubungan setelah terjadinya serangan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun ini.
Bagaimana pandangan Pakistan menanggapi ketegangan Iran-Israel pun menjadi sorotan.
Pada Minggu (14/4/2024), sehari setelah serangan Iran terhadap Israel, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengeluarkan pernyataan yang menyerukan de-eskalasi.
Menurut Pakistan, peristiwa itu dianggap sebagai “konsekuensi dari gagalnya diplomasi”.
“Hal ini juga menggarisbawahi dampak buruk jika Dewan Keamanan PBB tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya menjaga perdamaian dan keamanan internasional,” kata pernyataan kementerian tersebut.
Pakistan menegaskan perlunya upaya internasional untuk mencegah permusuhan lebih lanjut di wilayah tersebut dan untuk gencatan senjata di Gaza.
Baca juga: TV Iran Remehkan Serangan Israel, Sebut 3 Benda Kecil Tak Dikenal Dicegat Sistem Pertahanan Udara
“Saat ini sangat mendesak untuk menstabilkan situasi dan memulihkan perdamaian. Kami meminta semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin,” tutup pernyataan itu.
Pakistan tidak mengakui Israel dan tidak memiliki saluran komunikasi langsung dengan Israel.
Islamabad merupakan negara mayoritas Sunni.
Sementara warga Iran, mayoritas Syiah.
Keduanya memiliki sejarah hubungan diplomatik yang sulit.
Ketegangan antara kedua negara meningkat pada awal tahun ini, menyusul serangan lintas batas yang mematikan.
Iran melancarkan serangan udara terhadap kelompok bersenjata di wilayah Pakistan pada bulan Januari.
Teheran mengatakan, pihaknya menargetkan kelompok militan Sunni Jaish al-Adl, yang dianggap bertanggung jawab atas beberapa serangan terhadap warga sipil dan tentara di Iran.
Pakistan membalas dengan serangan terhadap sebuah desa di Iran dekat kota Saravan, dengan beralasan mereka menargetkan kelompok separatis Front Pembebasan Balochistan, BLF.
Provinsi Balochistan di Pakistan merupakan bagian terbesar wilayah tersebut, diikuti oleh provinsi Sistan dan Balochistan di sisi Iran.
Wilayah luas ini dihuni oleh sekitar 9 juta warga, yang terorganisasi dalam suku-suku dan tidak merasa menjadi bagian dari sebuah negara manapun.
Baca juga: Media Iran: Situasi Isfahan Tenang-Aman usai Diserang Israel, Kehidupan Masyarakat Kembali Normal
Iran dan Pakistan berupaya redakan ketegangan
Setelah serangan lintas batas, Iran dan Pakistan sepakat untuk meredakan ketegangan dan meningkatkan hubungan keamanan.
Sebagai bagian dari pemulihan hubungan, mereka sepakat untuk memerangi terorisme di wilayah masing-masing dan membentuk sistem konsultasi di tingkat menteri luar negeri untuk mengawasi kemajuan di berbagai sektor.
Sejak lama, Iran dan Pakistan juga punya proyek pipa gas yang memungkinkan Pakistan mendapat pasokan gas dari Iran.
Analis politik yang berbasis di Lahore, Ahsan Raza berpendapat, kunjungan Presiden Iran Ebrahim Raisi dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan bilateral.
"Kunjungan tersebut juga menjadi penting, dengan latar belakang meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah Teheran melancarkan serangan terhadap Israel yang melibatkan lebih dari 300 drone dan rudal," ujar Raza lebih lanjut.
"Iran sejauh ini memiliki hubungan baik dengan Cina, Rusia dan beberapa negara Asia Tengah," kata Muhammad Akram, mantan senator di Pakistan. Dia menekankan bahwa Teheran juga ingin Pakistan bergabung dalam daftar negara sahabat.
Tapi Islamabad secara historis lebih dekat dengan musuh bebuyutan Iran, Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Pakistan juga berada dalam kondisi gejolak ekonomi yang parah, dan perlu bantuan Barat.
Pemerintah Pakistan saat ini sedang mencari dana talangan tambahan dari Dana Moneter Internasional IMF untuk mengatasi krisis neraca pembayaran akut.
Konflik Iran-Israel
Iran meluncurkan rentetan rudal dan drone ke Israel pada Sabtu (13/4/2024) sebagai pembalasan atas dugaan serangan mematikan Israel terhadap gedung konsulat di Damaskus pada Senin (1/4/2024).
Pada hari Jumat (19/4/2024), ledakan terdengar di kota Isfahan di Iran, diduga merupakan serangan Israel terhadap sistem pertahanan rudal.
Namun Teheran meremehkan insiden tersebut dan mengatakan pihaknya tidak memiliki rencana untuk melakukan pembalasan.
Sebuah laporan New York Times mengatakan pada hari Senin (22/4/2024) bahwa rencana pembalasan awal Israel terhadap Iran mencakup serangan balasan yang lebih luas terhadap sasaran militer, termasuk di dekat Teheran.
“Serangan yang luas dan merusak seperti itu akan lebih sulit diabaikan oleh Iran, sehingga meningkatkan kemungkinan serangan balik yang kuat dari Iran,” kata surat kabar itu.
Israel belum secara resmi mengakui tanggung jawab atas serangan balasan tersebut, meskipun beberapa pemimpinnya telah menyatakan tanggung jawabnya.
Iran meremehkan pentingnya tanggapan tersebut dan tidak secara langsung menyalahkan Israel, yang menurut Times ditafsirkan sebagai “keengganan Iran untuk menanggapi.”
Sejak 7 Oktober, proksi Iran di Lebanon dan Yaman juga menargetkan Israel, yang menurut mereka mendukung warga Palestina di Gaza.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)