Panglima Perang Israel Segera Mundur, Resign Massal Petinggi Militer IDF Saat Tak Jua Menang Perang
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Herzi Halevi dilaporkan segera mengundurkan diri dalam waktu dekat.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Israel telah melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan kurang dari 1.200 orang.
Hampir 34.400 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 77.400 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Beban Perang yang Berat
Nama lain yang muncul dalam daftar 'resign massal' di kalangan petinggi militer IDF adalah Komando Pusat pasukan pendudukan Israel, Mayor Jenderal Yehuda Fox.
Di disebut-sebut akan mengundurkan diri pada Agustus mendatang.
Mengutip dari laman Al Mayadeen, pengunduran diri yang dilakukan Bos IDF lantaran pihaknya tak kuasa menahan beban perang yang telah merenggut 1.200 nyawa warga Israel serta 250 orang lainnya dinyatakan sebagai sandera perang.
Senada dengan Bos IDF, para petinggi Israel lainnya juga menjelaskan pengunduran diri dilakukan lantaran mereka sangat terpukul karena gagal menangkis serangan Hamas pada 7 Oktober.
Alasan ini yang membuat Yehuda dan para petinggi Israel melakukan resign massal setelah bertahun-tahun menjabat kursi kepemimpinan tertinggi di angkatan militer Israel.
Khusus untuk Yehuda Fox, kabar lain menyiratkan, dia berniat mundur dari posisinya sekarang untuk mengisi jabatan yang lebih tinggi, termasuk posisi Herzi Halevi yang dirumorkan segera lowong.
Israel Krisis Pasukan
Banyaknya petinggi yang melakukan pengunduran diri massal, kini Israel terancam mengalami krisis pasukan.
Kondisi tersebut makin diperparah lantaran sebagian besar tentara cadangan dari batalion perang menolak perintah Perdana Menteri Benyamin Netanyahu untuk melanjutkan invasi melawan Hamas di jalur Gaza.
Tak sampai disitu, sejumlah pasukan dilaporkan kabur dari batalyon demi terhindar dari tugas perang melawan Hamas di jalur Gaza.
Akibat masalah ini brigade baru Israel terancam bubar.
Tidak dijelaskan secara spesifik mengenai alasan mengapa militer Israel kompak menolak perintah perang.