Persiapan Invasi Darat, Israel Perintahkan Evakuasi 100 Ribu Warga dari Rafah Timur
Kabar terbaru, seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada wartawan bahwa mereka memerintahkan evakuasi untuk sekira 100.000 warga dari Rafah
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Ancaman serangan darat Israel ke kota Rafah semakin meningkat.
Kabar terbaru, seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada wartawan bahwa mereka memerintahkan evakuasi untuk sekira 100.000 warga dari Rafah timur.
Sementara itu, komunitas internasional sudah berulang kali memperingatkan Tel Aviv bahwa invasi ke Rafah akan menjadi "bencana besar".
Kota Rafah sendiri saat ini dihuni lebih dari 1 juta warga Palestina yang tergusur dari tanah mereka, terlebih ketika Israel melancarkan serangan sejak 7 Oktober 2023.
Sebuah laporan dari koresponden Al Jazeera di Gaza bagian selatan, perintah evakuasi muncul menyusul buntunya perundingan gencatan senjata di Kairo.
Seruan untuk meninggalkan Rafah timur tersebut disampaikan melalui brosur, SMS, telepon, dan siaran media berbahasa Arab.
Militer Israel memerintahkan penduduk lokal di bagian timur kota Rafah untuk segera mengungsi ke bagian barat, ke zona evakuasi al-Mawasi.
Zona tersebut merupakan sebuah wilayah yang sebelumnya telah ditetapkan oleh militer Israel sebagai zona aman.
Penting untuk diketahui bahwa sejauh ini semua zona evakuasi yang ditetapkan oleh militer Israel belum aman bagi keluarga pengungsi.
Faktanya, daerah-daerah ini terus-menerus diserang.
Bahkan dalam beberapa hari terakhir, masyarakat mulai bergerak atas kemauan mereka sendiri menyusul kurangnya kemajuan dalam perundingan gencatan senjata.
Baca juga: Israel Paksa Warga Rafah Mengungsi, Kirim SMS & Jatuhkan Selebaran, Warga Palestina Berembuk Dulu
Pengungsi sudah mulai mengemasi barang-barang mereka dan mulai bergerak, tetapi belum tentu menuju ke zona evakuasi, karena ketidakpercayaan mereka terhadap narasi Israel.
Negosiasi gencatan senjata antara Hamas dengan Israel melalui mediator Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS) berakhir tanpa mencapai kesepakatan gencatan senjata pada Sabtu (4/5/2024).
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah mendesak agar invasi diperluas hingga ke kota Rafah.
Laporan The New York Times melaporkan bahwa seorang pejabat Israel yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya dan Mousa Abu Marzouk, seorang pejabat senior Hamas, keduanya menyalahkan Netanyahu karena menghambat perundingan gencatan senjata saat ini .
Sumber Israel dilaporkan mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa kedua pihak hampir mencapai kesepakatan beberapa hari yang lalu.
Tapi gara-gara komentar Netanyahu tentang rencana serangan Rafah, Hamas jadi semakin “memperkuat” tuntutannya.
“Kami sangat dekat, namun pemikiran Netanyahu yang sempit membatalkan kesepakatan," kata Abu Marzouk kepada The New York Times.
Dikutip dari VOA, sebelumnya, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh mengatakan bahwa Hamas ‘serius dan positif’ terhadap perundingan gencatan senjata tersebut.
Hamas juga menuntut agresi Israel di Gaza dihentikan sebagai prioritas utama.
Namun, pemerintah Israel kembali mengatakan akan melanjutkan operasi militer di Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza, yang merupakan pintu masuk utama bantuan kemanusiaan.
"Rafah menampung ribuan pejuang kelompok Islam Palestina dan kemenangan tidak mungkin tercapai tanpa merebut kota tersebut," kata Israel.
Baca juga: Akan Lancarkan Serangan, Israel Serukan Warga di Rafah agar Mengungsi, 100 Ribu Orang Diminta Pindah
Pernyataan lengkap militer Israel tentang evakuasi Rafah
Melalui X, berikut ini pernyataan lengkap Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tentang perintah evakuasi warga Gaza dari Rafah:
“IDF telah memperluas wilayah kemanusiaan di Al-Mawasi untuk mengakomodasi peningkatan jumlah bantuan yang mengalir ke Gaza. Area kemanusiaan yang diperluas ini mencakup rumah sakit lapangan, tenda, dan peningkatan jumlah makanan, air, obat-obatan, dan pasokan tambahan,"
“Sesuai dengan persetujuan pemerintah, penilaian situasi yang sedang berlangsung akan memandu pergerakan bertahap warga sipil di wilayah tertentu di Rafah timur, ke wilayah kemanusiaan,"
“Seruan untuk pindah sementara ke wilayah kemanusiaan akan disampaikan melalui brosur, pesan SMS, panggilan telepon, dan siaran media berbahasa Arab,"
“IDF akan terus mengejar Hamas di mana pun di Gaza sampai semua sandera yang mereka sandera kembali ke rumah," tulis IDF di X.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pun menanggapi seruan terbaru ini melalui unggahan X.
UNRWA menyebut bahwa serangan Israel di Rafah akan menimbulkan lebih banyak penderitaan dan kematian warga sipil, serta dampaknya akan sangat buruk bagi 1,4 juta warga Gaza yang berlindung di sana.
Mereka juga menambahkan bahwa "tak akan evakuasi, dan memilih untuk bertahan di Rafah selama mungkin dan akan terus memberikan bantuan untuk menyelamatkan warga".
Perkembangan utama perang Israel-Hamas dari semalam
- Media Israel mengatakan militer telah mulai memerintahkan warga Palestina yang tinggal di lingkungan timur Rafah untuk mengungsi menjelang operasi militer di Gaza selatan.
- Perintah itu dikeluarkan setelah malam pemboman intensif Israel di Rafah yang menewaskan 22 orang, termasuk delapan anak-anak.
Di antara para korban adalah seorang anak yatim piatu berusia tujuh bulan yang lahir pada masa-masa awal perang. - Sebelumnya, militer Israel mengatakan tiga tentaranya tewas dalam serangan roket Hamas di penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) antara Gaza dan Israel.
- Di Lebanon, Kantor Berita Nasional (NNA) melaporkan bahwa jet Israel membom Lembah Bekaa di bagian timur negara itu.
Serangan tersebut melukai sedikitnya tiga orang, hanya beberapa jam setelah serangan lain menewaskan empat orang di selatan. - Kritik semakin meningkat terhadap keputusan Israel untuk menutup operasi Al Jazeera, dengan National Press Club yang berbasis di Washington mengatakan mereka khawatir mengenai dampak potensial terhadap jurnalis jaringan tersebut di Gaza.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)