Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Amerika Tangguhkan Pengiriman Senjata ke Israel, Ini 6 Hal yang Perlu Diketahui

Ini 6 hal yang perlu diketahui tentang AS yang membatasi pengiriman bom ke Israel.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Amerika Tangguhkan Pengiriman Senjata ke Israel, Ini 6 Hal yang Perlu Diketahui
military.com
Joint Direct Attack Munition JDAM. Ini 6 hal yang perlu diketahui tentang AS yang membatasi pengiriman bom ke Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat memutuskan menangguhkan pengiriman senjata ke Israel, termasuk sekitar 3500 bom berat.

Penangguhan tersebut terjadi saat Perdana Menteri Israel melanjutkan serangan militer terhadap kota Rafah di Palestina, meskipun ada keberatan dari Presiden AS Joe Biden.

Mengutip Reuters, berikut 6 hal yang perlu diketahui seputar penangguhan persenjataan tersebut.

1. Bom apa saja yang ditangguhkan?

AS menghentikan satu pengiriman yang terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon, menurut para pejabat AS.

Empat sumber mengatakan pengiriman tersebut, yang telah tertunda selama setidaknya dua minggu, melibatkan Joint Direct Attack Munitions buatan Boeing, yang mengubah "bom bodoh" menjadi bom berpemandu presisi, serta Bom Diameter Kecil (SDB-1).

SDB-1 adalah bom luncur berpemandu presisi yang mengemas 250 pon bahan peledak.

Bantuan tersebut merupakan bagian dari pengiriman yang disetujui sebelumnya ke Israel, bukan paket bantuan tambahan senilai $95 miliar yang disahkan Kongres AS pada bulan April.

Angkatan Udara Korea Selatan F-15K menjatuhkan dua bom amunisi serangan langsung (JDAM) terhadap target di lapangan penembakan Jikdo di Laut Kuning, selama latihan pemboman presisi, pada 4 Oktober 2022
Angkatan Udara Korea Selatan F-15K menjatuhkan dua bom amunisi serangan langsung (JDAM) terhadap target di lapangan penembakan Jikdo di Laut Kuning, selama latihan pemboman presisi, pada 4 Oktober 2022 (Handout / South Korean Defence Ministry / AFP)

2. Mengapa AS menangguhkan pengiriman bom tersebut?

Berita Rekomendasi

AS sedang meninjau bantuan keamanan jangka pendek,dalam konteks peristiwa yang terjadi di Rafah, ujar Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada sidang Senat hari Rabu (8/5/2024).

“Kami sudah sangat jelas sejak awal bahwa Israel tidak boleh melancarkan serangan besar-besaran ke Rafah tanpa mempertimbangkan dan melindungi warga sipil yang berada di wilayah pertempuran tersebut,” kata Austin.

Lebih dari satu juta warga sipil Palestina mencari perlindungan di Rafah, banyak yang sebelumnya mengungsi dari wilayah lain di Gaza setelah perintah Israel untuk mengungsi dari sana.

Keputusan AS ini diambil karena kekhawatiran mengenai penggunaan bom seberat 2.000 pon tersebut dan dampaknya di wilayah perkotaan yang padat, kata seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.

Baca juga: Biden Tunda Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Takut Digunakan untuk Menyerang Rafah

3. Kapan keputusan itu dibuat? Apakah Biden terlibat?

Keputusan itu dibuat minggu lalu, kata para pejabat AS.

Biden terlibat langsung dalam pengambilan keputusan.

4. Kerusakan macam apa yang dapat diakibatkan bom seberat 2000 pon?

Bom besar seperti bom seberat 2.000 pon mempunyai dampak di wilayah yang luas.

Menurut PBB, tekanan dari ledakan dapat merusak paru-paru, memecahkan rongga sinus, dan merobek anggota tubuh yang berjarak ratusan meter dari lokasi ledakan.

Komisi Internasional Palang Merah pada tahun 2022 melaporkan bahwa penggunaan bahan peledak dengan area luas di wilayah padat penduduk sangat mungkin menimbulkan dampak sembarangan atau melanggar prinsip proporsionalitas.

5. Bagaimana respons Israel?

Setelah berita tersebut tersiar pada hari Selasa di Washington, seorang pejabat senior Israel menolak untuk mengkonfirmasi laporan tersebut.

“Jika kami harus bertarung dengan sekuat tenaga, maka kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan,” kata sumber tersebut.

Seorang juru bicara militer mengatakan setiap perselisihan diselesaikan secara pribadi.

6. Apakah bom-bom seperti itu legal digunakan di Gaza?

Legal atau tidaknya menjadi perdebatan sengit.

Hukum humaniter internasional tidak secara eksplisit melarang pengeboman udara di wilayah padat penduduk.

Namun warga sipil tidak boleh menjadi sasaran dan sasaran militer tertentu harus proporsional dengan kemungkinan korban atau kerusakan warga sipil.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas