Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Netanyahu-Ben Gvir Ribut di Rapat Kabinet, Yoav Gallant Walkout Saat Menteri Keamanan Israel Pidato

Friksi dan perpecahan di Israel menyangkut rencana masa depan Gaza. Negara-negara Arab siap bergabung dalam koalisi internasional di Gaza

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Netanyahu-Ben Gvir Ribut di Rapat Kabinet, Yoav Gallant Walkout Saat Menteri Keamanan Israel Pidato
Mostafa Alkharouf – Anadolu Agency
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir (kiri) di Yerusalem Timur pada 27 Januari 2023. 

Menteri Pertahanan Israel itu juga menyerukan Netanyahu untuk mengambil keputusan dan mengumumkan bahwa Israel tidak akan menguasai Gaza setelah berakhirnya perang di Jalur Gaza, dan mencatat bahwa ini adalah ujian nasional, meskipun itu datang dengan 'harga politis', termasuk terancamnya posisi para elite Israel di kabinet saat ini.

Baca juga: Hamas: Pasukan Arab Apa Pun yang Ikut Agenda Israel di Gaza Bakal Diperangi Sebagai Antek Pendudukan

Militer Yordania dan Mesir dalam sebuah latihan militer bertajuk Aqaba 6 pada 22 November 2021.
Militer Yordania dan Mesir dalam sebuah latihan militer bertajuk Aqaba 6 pada 22 November 2021. (sis.gov.eg)

Negara Arab Siap Gabung di Koalisi Internasional di Gaza

Terkait dengan usulan Gallant, sejumlah negara Arab antara lain UEA, Mesir, Maroko mempertimbangkan untuk bergabung dengan 'kekuatan pascaperang' di Gaza.

Sebuah laporan menyebutkan mereka siap bergabung dalam pasukan penjaga perdamaian.

Inisiatif ini, yang dipimpin oleh Gedung Putih, berupaya untuk menghindari penempatan pasukan AS di Gaza setelah genosida Israel berhenti.

Pihak berwenang di UEA, Mesir, dan Maroko sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan inisiatif yang dipimpin AS.

Mereka akan membentuk “pasukan penjaga perdamaian” di Gaza setelah perang genosida berakhir, menurut pejabat barat dan Arab yang berbicara dengan Financial Times (FT).

“Tiga negara Arab telah melakukan diskusi awal, termasuk Mesir, UEA, dan Maroko, namun mereka ingin AS mengakui negara Palestina terlebih dahulu,” kata seorang pejabat Barat yang tidak disebutkan namanya kepada outlet berita Inggris.

Berita Rekomendasi

Kemunduran lain yang dihadapi oleh inisiatif Barat adalah bahwa pihak-pihak Arab yang berkepentingan bersikeras bahwa kekuatan pascaperang “harus dipimpin oleh AS.”

“[Washington] telah mencoba membangun momentum untuk kekuatan stabilitas, namun kebijakan Amerika cukup tegas bahwa tidak akan ada pasukan Amerika di lapangan, sehingga sulit bagi mereka untuk berargumen bahwa negara lain harus melakukannya,” pejabat lainnya diberi pengarahan mengenai diskusi tersebut kepada FT, menekankan bahwa “mungkin ada cara lain untuk mencapai tujuan tersebut, dan upaya apa pun harus dipimpin oleh Amerika.”

Pada akhir Maret, POLITICO melaporkan bahwa para pejabat AS telah meluncurkan “pembicaraan awal” dengan mitra-mitra Arab mengenai pilihan untuk “menstabilkan Gaza pascaperang,”

termasuk proposal kepada Pentagon untuk membantu mendanai “pasukan multinasional atau tim penjaga perdamaian Palestina.”

“Kami bekerja sama dengan para mitra dalam berbagai skenario untuk pemerintahan sementara dan struktur keamanan di Gaza setelah krisis mereda… Kami telah melakukan sejumlah pembicaraan dengan pihak Israel dan mitra kami mengenai elemen-elemen penting untuk hari berikutnya di Gaza ketika waktunya benar-benar tiba,” kata seorang pejabat senior Gedung Putih kepada outlet yang berbasis di DC.

Laporan tersebut bertepatan dengan kebocoran di media Ibrani yang mengatakan Tel Aviv telah mendorong pembentukan pasukan penjaga perdamaian internasional untuk mengamankan Jalur Gaza,

Yang secara khusus menyebut UEA, Mesir, dan “negara ketiga” yang juga menormalisasi hubungan dengan Israel.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas