Seruan Serangan Besar ke Mesir Menggema di Israel: Tolak Hamastan dan Fathistan di Gaza Pasca-Perang
Muncul seruan agar Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Mesir karena bergabung gugatan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Di surat kabar Maariv, analis Alex Nahomson mengatakan bahwa topik 'The Day After' tidak memiliki preseden atau logika historis.
Menurut dia, dalam sejarah peperangan di dunia, rencana The Day After baru akan dibicarakan setelah perang dimenangkan.
“Tidak ada negara yang pernah merencanakan selama pertempuran bagaimana mereka akan bertindak setelahnya, bahkan sebelum hasilnya jelas," katanya seraya mencontohkan apa yang terjadi setelah Perang Dunia II, bahwa baru dua tahun kemudian ada rencana pasti soal 'aksi pasca-perang sejak selesainya Proyek Marshall.
Komentarnya ini menyanggah dan menyerang pendapat Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel, Herzi Halevy, yang sebelumnya mengatakan, “Tidak adanya rencana untuk The Day After akan menghancurkan pencapaian perang,”.
Herzi Halevy menyiratkan rasa sesalnya karena apa yang sudah dicapai IDF di lapangan, tidak sinkron dengan tujuan akhir yang ditetapkan karena tidak adanya rencana lebih lanjut apa yang akan dilakukan setelah perang.
Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
Halevi mengatakan, “Pencapaian perang di lapangan adalah tugasnya sebagai panglima tentara untuk mempertahankannya sebelum menempatkan tanggung jawab pada tingkat politik.”
Namun ujaran Halevi ini dicibir Nahomson dengan mengatakan:
"Metode tindakannya yang aneh – menduduki wilayah di Jalur Gaza dan kemudian segera meninggalkannya dan maju ke wilayah lain – belum pernah terjadi sebelumnya dalam doktrin tempur."
"Dan dalam literatur para ahli strategi besar, menyerukan agar dia rendah hati setelah apa yang terjadi di Black Saturday (serangan perlawanan pada 7 Oktober)," sindir Nahomson.
Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
Analis Militer: Hamas Masih Kuat
Di sisi lain, penulis dan analis militer terkenal di Haaretz, Amos Harel, menggambarkan diskusi 'The Day After' sebagai “sebagian besar terjadi seputar kulit beruang yang belum diburu.”
Dalam praktiknya, kata dia, Otoritas Palestina tidak sepenuhnya siap menerima permintaan Israel untuk mengambil alih kepemimpinan di Jalur Gaza.
"Dapat juga diasumsikan bahwa Hamas masih cukup kuat untuk menghambat proses tersebut. Namun, ada arti penting dari tanda peringatan Gallant," katanya.
Dia menambahkan, “Dapat diasumsikan bahwa Hamas mengikuti dengan penuh minat, dan tentu saja dengan kepuasan atas keretakan yang jelas-jelas terjadi di puncak hierarki kepemimpinan di Israel. Situasi ini juga akan mempersulit kemajuan kesepakatan pertukaran karena Hamas percaya bahwa situasi strategisnya membaik."
Harel juga menyerang Netanyahu dengan keras dan mengatakan kalau sang perdana menteri terus menerus menjual omong kosong dan ilusi kepada publik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.