Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perubahan Iklim Picu Peningkatan Risiko Turbulensi Pesawat Imbas Kenaikan Suhu Atmosfer

Perjalanan udara dengan pesawat terbang diprediksi semakin berbahaya karena meningkatnya risiko turbulensi yang dipicu kenaikan suhu di atmosfer.

Penulis: willy Widianto
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Perubahan Iklim Picu Peningkatan Risiko Turbulensi Pesawat Imbas Kenaikan Suhu Atmosfer
AFP/ROSLAN RAHMAN
Ilustrasi: Pesawat Singapore Airlines lepas landas dari Bandara Changi Singapura di Singapura pada 15 April 2024. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perjalanan udara dengan pesawat terbang diprediksi semakin berbahaya.

Alasannya karena meningkatnya risiko turbulensi yang dipicu kenaikan suhu di atmosfer.

Turbulensi atmosfer telah menyumbang 71 persen dari cedera terkait cuaca dalam penerbangan dan turbulensi bakal memburuk dengan pemanasan global.

Berdasarkan laporan penelitian dari ilmuwan di University of Reading, Inggris, tentang tren turbulensi udara terkait pemanasan global ini diterbitkan dalam jurnal internasional Climate Dynamics edisi Maret 2023.

Isabel H Smith dari Department of Meteorology menjadi penulis pertama paper ini.

Para ilmuwan di Reading University di Inggris tersebut mempelajari turbulensi udara jernih, yang lebih sulit dihindari oleh pilot.

Baca juga: Cerita Horor Singapore Airlines Turbulensi: Pesawat Tiba-tiba Miring, Penumpang Terlempar ke Atas

Mereka menemukan bahwa turbulensi parah telah meningkat sebesar 55 persen antara tahun 1979 dan 2020 di rute Atlantik Utara yang biasanya sibuk.

Berita Rekomendasi

Mereka memperkirakan peningkatan tersebut disebabkan oleh perubahan kecepatan angin di dataran tinggi akibat pemanasan udara akibat emisi karbon.

“Setelah penelitian selama satu dekade menunjukkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan turbulensi udara jernih di masa depan, kini kami memiliki bukti yang menunjukkan bahwa peningkatan tersebut sudah dimulai,” kata Prof Paul Williams, ilmuwan atmosfer di University of Reading yang ikut menulis pembelajaran dikutip dari BBC beberapa waktu lalu.

Baca juga: President AOT: Cuaca Buruk Jadi Dugaan Sementara Singapore Airlines Mengalami Turbulensi

“Kita harus berinvestasi dalam sistem prakiraan dan deteksi turbulensi yang lebih baik, untuk mencegah kondisi udara yang lebih buruk berubah menjadi penerbangan yang lebih bergelombang dalam beberapa dekade mendatang," lanjutnya.

Rute penerbangan di AS dan Atlantik Utara mengalami peningkatan terbesar.

Eropa, Timur Tengah, dan Atlantik Selatan juga mengalami peningkatan turbulensi yang signifikan.

Prof Williams mengatakan peningkatan turbulensi disebabkan pergeseran angin yang lebih besar atau perbedaan kecepatan angin dalam aliran jet, sistem angin kencang yang bertiup dari barat ke timur, sekitar lima hingga tujuh mil di atas permukaan bumi.

Hal ini terjadi karena adanya perbedaan suhu antara garis khatulistiwa dan kutub.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas