1 Penumpang Singapore Airlines yang Meninggal Punya Kemungkinan Besar Kena Serangan Jantung
Singapore Airlines alami turbelensi mendarat darurat di Bangkok, 1 pria lanjut usia dilaporkan meninggal dan diperkirakan karena kena serangan jantung
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
Sekitar 100 penumpang lainnya pada penerbangan SQ321 akan dibawa pada penerbangan terpisah ke Singapura, dengan bandara Bangkok berkoordinasi dengan Singapore Airlines.
Cerita penumpang mengenai kondisi pesawat saat turbelensi
Penumpang yang berada di dalam toilet paling terkena dampaknya.
Penumpang asal Malaysia, berbicara kepada Reuters setelah kejadian tersebut.
Ia adalah mahasiswa Malaysia Dzafran Azmir.
Katanya, penumpang yang berada di dalam toilet ketika pesawat terkena turbulensi parah adalah yang paling terluka.
Baca juga: Korban Tewas Singapore Airlines Turbulensi Dua Orang: Satu Meninggal di Pesawat, Satu di RS Thailand
“Para kru dan orang-orang di dalam toilet paling terluka karena kami menemukan orang-orang tergeletak di tanah, tidak bisa bangun," paparnya.
"Ada banyak cedera tulang belakang dan kepala,” katanya.
Ia menambahkan saat turbulensi, ponselnya terlepas dari tangannya dan terlempar beberapa lorong ke samping.
Turbulensi jarang terjadi
Sebenarnya, turbulensi parah terbilang jarang terjadi.
"Biasanya tidak berakibat fatal jika penumpang dan awak kabin duduk dan mengenakan sabuk pengaman dengan benar," kata mantan eksekutif maskapai penerbangan, Chow Kok Wah.
Pria berusia 70 tahun itu mempunyai pengalaman lebih dari 30 tahun di sektor tersebut.
“Jika tidak, seseorang berisiko terbentur langit-langit atau tertabrak benda terbang,” katanya kepada koresponden transportasi The Straits Times, Kok Yufeng.
Chow mengatakan pesawat jet modern dirancang untuk menangani semua jenis turbulensi, dan pilot biasanya dapat melihat cuaca buruk di radar mereka.
Mereka biasanya punya waktu untuk bereaksi – sekitar lima hingga 10 menit – tergantung seberapa cepat pesawat terbang.