Tuai Kecaman, Israel Batal Tutup Siaran Langsung Associated Press di Gaza, Sempat Sita Kamera
Israel sebelumnya menutup siaran langsung kantor berita Associated Press di Gaza.
Penulis: Nuryanti
Editor: Whiesa Daniswara
Video langsung AP tentang Gaza diputar ulang pada Rabu pagi di Israel.
Pejabat Israel menggunakan Undang-undang baru pada 5 Mei untuk menutup Al Jazeera yang berbasis di Qatar di Israel, menyita peralatannya, melarang siarannya, dan memblokir situs webnya.
Setelah Israel menyita peralatan AP, pemerintahan Joe Biden, organisasi jurnalisme, dan pemimpin oposisi Israel mengutuk pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan menekannya untuk membatalkan keputusan tersebut.
Para pejabat sebelumnya belum pernah memberi tahu AP bahwa penempatan kamera langsungnya merupakan sebuah masalah.
Sebaliknya, mereka berulang kali mencatat bahwa gambar tersebut muncul secara real-time di Al Jazeera.
Al Jazeera adalah satu dari ribuan pelanggan AP, dan menerima video langsung dari AP dan organisasi berita lainnya.
Baca juga: Israel Banjir Serangan Regional: Perlawanan Irak Hajar Eilat di Selatan, Hizbullah Gempur Utara
Israel telah lama memiliki hubungan yang buruk dengan Al Jazeera, dan menuduhnya bias terhadap negara tersebut.
Netanyahu menyebutnya sebagai “saluran teror” yang menyebarkan hasutan.
Sebelumnya, AP menyiarkan gambaran umum tentang Gaza utara.
AP mematuhi aturan sensor militer Israel, yang melarang penyiaran rincian seperti pergerakan pasukan yang dapat membahayakan tentara.
Video langsung umumnya menunjukkan asap membubung di wilayah tersebut.
Baca juga: Jenderal Top Pentagon Ungkap Kebodohan Berulang Strategi Militer Israel di Gaza: Hamas Itu Ideologi
AP telah diperintahkan secara lisan pada Kamis lalu untuk menghentikan transmisi langsung, namun mereka menolak melakukannya.
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menyebut tindakan pemerintah terhadap AP sebagai “tindakan gila".
Diketahui, perang di Gaza dimulai dengan serangan Hamas di Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 250 lainnya disandera.
Lebih dari 35.000 warga Palestina telah terbunuh sejak saat itu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam perhitungannya.
(Tribunnews.com/Nuryanti)