Netanyahu Bohong, Komandan Divisi Gaza Israel Ternyata Masih Hidup, Hamas: Dia Tawanan Kami
Perdana Menteri Israel Netanyahu menyebut Komandan Divisi Gaza Israel tewas pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas: Dia masih hidup, dia tawanan kami.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, menerbitkan video yang mengonfirmasi pernyataan palsu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengatakan Komandan Divisi Gaza Israel, Mayor Jenderal Assaf Hamami, terbunuh dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 lalu.
Brigade Al-Qassam mengatakan Mayor Jenderal Assaf Hamami masih hidup dan menjadi tawanannya di Jalur Gaza.
“Mayor Jenderal Assaf Hamami, komandan Brigade Selatan Divisi Gaza, ditangkap pada tanggal 7 Oktober, dan terluka selama penangkapannya," kata Brigade Al-Qassam dalam pernyataannya, Kamis (23/5/2024), dikutip dari Anadolu.
Pernyataan Brigade Al-Qassam melemahkan klaim Israel dan mempermalukan badan intelijen Israel.
Brigade Al-Qassam juga mengecam posisi pemerintahan Benjamin Netanyahu sebagai kepemimpinan yang membiarkan para pemimpin militernya ditawan.
Gerakan tersebut juga menulis tagar dalam postingan Telegram-nya, “Waktu hampir habis” dan “Pemerintahan Anda sudah habis."
Sebelumnya, Netanyahu mengatakan Mayor Jenderal Assaf Hamami tewas dalam serangan Hamas di markas Brigade Selatan di Divisi Gaza pada 7 Oktober 2023.
Desember lalu, media Israel menyebarkan propaganda dengan menunjukkan klip video di mana tentara pendudukan Israel mengatakan Mayor Jenderal Assaf Hamami tewas dan tubuhnya ditahan oleh Hamas.
“Kolonel Assaf Hamami (41 tahun), komandan Brigade Selatan Divisi Gaza, dari Kiryat Ono (tengah), dibunuh pada tanggal 7 Oktober, jenazahnya disimpan di Jalur Gaza," tulis Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di media sosial X pada 2 Desember 2023.
Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, juga melaporkan berita sekitar dua bulan setelah Operasi Banjir Al-Aqsa, tentang pembunuhan Mayor Jenderal Assaf Hamami dan penculikan jenazahnya ke Jalur Gaza bersama dengan jenazah dua tentara dari unitnya.
Namun, klaim tersebut dibantah oleh Hamas dengan menerbitkan pernyataan terbarunya.
Baca juga: Israel Kecam Jerman yang Akan Menangkap dan Deportasi PM Israel Benjamin Netanyahu
Divisi Gaza adalah divisi militer dalam tentara pendudukan Israel bernomor "643" yang beroperasi di bawah komando Distrik Militer Selatan dan bermarkas di pangkalan Ra'im, yaitu 7 kilometer dari Jalur Gaza.
Mengapa Hamas Baru Mengumumkan Penangkapan Komandan Divisi Gaza Israel?
Pakar militer dan strategis, Kolonel Hatem Karim Al-Falahi, mengatakan keterlambatan Brigade Al-Qassam dalam mengumumkan penangkapan Mayor Jenderal Assaf Hamami mempunyai motif dan alasan penting.
Salah alasannya adalah memberikan tekanan terhadap Israel yang saat ini melancarkan serangan besar di Rafah, Jalur Gaza selatan.
"Selain itu, ini merupakan bukti nyata kemungkinan terjadinya serangan terhadap para pemimpin militer setingkat Mayor Jenderal Assaf Hamami atau lebih tinggi darinya," kata pakar tersebut kepada Al Jazeera, Jumat (24/5/2024).
Kalimat Brigade Al-Qassam mengenai kepemimpinan Israel membiarkan komandannya ditawan adalah penegasan bahwa Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, dan dewan perang Israel tidak peduli dengan nasib warganya.
Menurutnya, melalui pernyataan itu, Hamas menyampaikan bahwa ada harga mahal yang harus dibayar untuk menyelesaikan kesepakatan tahanan dan gencatan senjata atau membiarkan komandan mereka ditawan.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 35.800 jiwa dan 80.200 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (23/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel