Bukti Visual, Bom yang Digunakan Israel dalam Pembantaian Tal al-Sultan di Rafah Buatan Amerika
Pakar NYT, yang menganalisis bukti visual, melihat sisa-sisa GBU-39, sebuah bom yang dirancang dan diproduksi di AS.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Karakteristik GBU-39, Bom Buatan AS yang Digunakan Israel dalam Pembantaian Tal al-Sultan di Rafah
TRIBUNNEWS.COM - Bom yang digunakan dalam serangan udara Israel yang menewaskan sedikitnya 45 orang di Rafah pada Minggu (26/5/2024) diproduksi di Amerika Serikat, kata laporan The New York Times (NYT).
Para ahli yang dikutip outlet berita tersebut menganalisis bukti visual serangan tersebut dan menyimpulkan kalau "puing-puing amunisi yang terekam di lokasi serangan keesokan harinya adalah sisa-sisa dari amunisi GBU-39.
GBU-39 adalah bom yang dirancang dan diproduksi di Amerika Serikat.
Baca juga: Israel Bantai Pengungsi di Tal al-Sultan Rafah Sudah Dapat Lampu Hijau AS, Ini Respons Hamas-PIJ
Seperti yang ditekankan NYT, para pejabat AS memang telah menekan Israel untuk menggunakan lebih banyak GBU-39, yang menurut mereka dapat mengurangi korban sipil.
NYT mengatakan bahwa kode pengenal unik yang menghubungkan senjata tersebut dengan produsen ruang angkasa yang berbasis di Colorado terlihat dalam video yang menunjukkan pecahan amunisi.
Trevor Ball, mantan teknisi penjinak bom tentara AS dan salah satu ahli yang dikutip dalam artikel NYT, mengidentifikasi senjata tersebut dalam postingannya di X (sebelumnya Twitter).
NYT juga mengutip Wes J. Bryant, pensiunan sersan utama Angkatan Udara Amerika yang bertugas di satuan tugas yang kritis terhadap penggunaan senjata Israel di Gaza, mengatakan bahwa dia sering menjatuhkan banyak bom GBU-39 selama dinas militernya.
Dia menyebut serangan di Rafah itu bermasalah dan mengindikasikan “terus menerus menargetkan kelalaian – baik keengganan atau ketidakmampuan untuk secara efektif melindungi warga sipil.”
Karakteristik Bom GBU-39B
Mengutip laman air force military, bom Diameter Kecil GBU-39B, atau Small Diameter Bomb (SDB), adalah amunisi berpemandu kelas 250 pon atau sekitar 113 kilogram yang dapat digunakan dalam berbagai cuaca, siang atau malam.
Data ini berbeda dari pengakuan IDF yang mencoba mengelak dari tanggung jawab pembantaian tersebut dengan menyatakan hanya meluncurkan dua bom berpemandu presisi dengan kisaran berat hany 17 Kilogram.
Baca juga: Pembantaian di Tel al-Sultan Rafah, Israel Balik Tuding Hamas: Kami Cuma Pakai Bom Kecil 17 Kg
SDB mengandalkan Sistem Pemosisian Global untuk menyediakan navigasi ke target.
Selain itu, ukurannya yang relatif kecil memungkinkan peningkatan pemuatan pesawat untuk mencapai banyak pembunuhan per serangan mendadak dan secara inheren mengurangi kemungkinan kerusakan tambahan.
"Sistem SDB menggunakan gerbong pintar yang mampu membawa empat amunisi udara-ke-permukaan berpemandu kelas 250 pon. Ia mampu menghancurkan target tetap dan stasioner berprioritas tinggi dari pesawat tempur dan pembom Angkatan Udara di teluk internal atau di cantelan eksternal. SDB meningkatkan pemuatan pesawat, mengurangi jejak logistik, mengurangi kerusakan tambahan, dan mempercepat waktu serangan pesawat," tulis laman tersebut.
Sistem senjata ini mampu melakukan serangan jarak jauh lebih dari 40 mil laut. Sistem ini dapat ditargetkan dan dilepaskan terhadap satu atau beberapa target.
Koordinat target SDB dimasukkan ke dalam senjata sebelum dilepaskan baik di darat atau di udara oleh awak pesawat.
Setelah senjata dilepaskan, senjata ini bergantung pada GPS/INS untuk melakukan navigasi mandiri ke titik tumbukan yang diinginkan.
Karakteristik Umum GBU-39B
Fungsi Utama: Senjata udara-ke-permukaan berpemandu
Kontraktor: Boeing Co.
Jangkauan: Lebih dari 40 mil laut (46 mil)
Sistem Panduan: Sistem Pemosisian Global/Sistem Navigasi Inersia
Biaya unit: Sekitar $40,000
Kemampuan operasional awal:
Proyeksi Oktober 2006 Inventaris: Total kekuatan, 24.000 amunisi dan 2.000 gerbong