Presiden Turki Erdogan Sebut Semangat PBB di Gaza Sudah Mati: Apa yang Anda Tunggu?
Menanggapi serangan udara Israel ke Rafah, Erdogan menyebut semangat PBB di Gaza sudah mati.
Penulis: Nuryanti
Editor: Whiesa Daniswara
Ada video-video mengerikan tentang orang-orang yang dengan panik mencari korban selamat, mayat-mayat yang terbakar, dan seorang anak yang dipenggal di reruntuhan.
Diberitakan The Guardian, serangan tersebut menyusul serangan roket jarak jauh pertama terhadap Israel dari Gaza sejak Januari 2024, dengan delapan roket ditembakkan ke arah Tel Aviv dari Rafah.
Sebagian besar roket dicegat atau jatuh tanpa membahayakan di lapangan, dan tidak ada korban jiwa yang signifikan yang dilaporkan.
Awalnya, militer Israel mengklaim serangan angkatan udaranya telah menghantam kompleks Hamas dengan “amunisi yang tepat dan berdasarkan intelijen yang tepat”.
Dikatakan bahwa dua pejabat senior Hamas, Yassin Rabia dan Khaled Nagar, tewas dalam serangan itu.
Namun, Israel juga mengatakan bahwa mereka mengetahui laporan yang menunjukkan bahwa akibat serangan dan kebakaran yang terjadi, beberapa warga sipil di daerah tersebut terluka.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengakui dalam pidatonya di Knesset bahwa warga sipil tewas.
Baca juga: Israel Lanjut Perang 7 Bulan Lagi, Klaim Kuasai 75 Persen Perbatasan Rafah antara Mesir-Gaza
Sementara, PBB menekankan gambaran suram setelah serangan udara Israel di sebuah kamp di Rafah di Jalur Gaza selatan.
Pada Selasa (28/5/2024), PBB menyebut sebanyak 200 orang tewas.
“Menurut beberapa sumber medis internasional, tim kami berbicara dengan sedikitnya 200 orang tewas dalam serangan itu, di antaranya perempuan dan anak-anak,” kata Juliette Touma, direktur komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA), dilansir Anadolu Agency.
Ia menekankan bahwa akibat dari serangan itu sangat besar.
"Hal itu menambah ketakutan umum akan kematian," ungkapnya.
Selama perang, lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza mencari perlindungan di Rafah.
Namun, sekitar 1 juta orang terpaksa mengungsi lagi, karena Israel telah pindah ke pinggiran kota pada bulan ini.