Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Bakar Area Kedutaan Israel di Meksiko, 16 Polisi Dilarikan ke RS
Demonstran pro-Palestina bergabung dalam aksi unjuk rasa bertajuk 'Aksi Darurat untuk Rafah'.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Pravitri Retno W
"Kami menyatakan solidaritas kami kepada rakyat Palestina dan seluruh orang yang berdemonstrasi untuk mendukung perjuangan mereka," kata Comite de Solidaridad con Palestina GDL di media sosial Instagram pada hari Rabu.
"Kami tak akan berhenti berbicara untuk melawan ketidakadilan dan penindasan, keduanya ada di sini dan di tempat mana pun di dunia ini," katanya menambahkan.
Dikutip dari The New Arab, Meksiko pada Selasa, mengajukan diri untuk bergabung dengan Afrika Selatan untuk menggugat Israel ke Mahkamah Internasional atau ICJ. Israel dituding telah melakukan genosida di Gaza.
Beberapa negara lain, seperti Turki, Kolombia, dan Mesir juga sudah bergabung dengan Afrika Selatan.
Meksiko menyinggung adanya "penghalangan akses bantuan kemanusiaan" dan "penghancuran warisan budaya".
Negara itu mengatakan genosida bisa dilakukan saat konflik bersenjata.
"Inti kejahatan genosida berada pada keinginan pelakunya untuk menghancurkan kelompok yang ditargetkan," kata Meskiko.
Baca juga: Pejabat Israel Sebut Perang di Gaza Berlanjut hingga Akhir Tahun, Serangan Rafah Semakin Intensif
Rafah terkini
Tank-tank Israel sudah mencapai pusat kota Rafah pada Selasa pekan ini.
Saksi mata melaporkan IDF mengambil alih bundaran Al-Awda di Rafah.
Serangan Israel di Rafah meningkat. Sebagai contoh, Israel melancarkan serangan udara ke pemukiman Tel Al-Sultan pada hari yang sama dan menewaskan setidaknya 16 warga Palestina.
Adapun pada Minggu (26/5/2024), Israel menyerang tenda-tenda warga Palestina dan menewaskan puluhan warga Palestina.
"Kami mengeluarkan [dari puing-puing] anak-anak yang tubuhnya terpisah-pisah. Kami mengeluarkan kalangan muda dan lansia," kata Mohammed Abuassa, warga Gaza menjadi saksi serangan Israel, dikutip dari Reuters.
Para pemimpin dunia mengecam serangan itu dan meminta Israel menghentikan operasinya di Rafah.
"Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada area aman di Rafah untuk warga sipil Palestina. Saya meminta adanya penghormatan penuh kepada hukum internasonal dan gencatan senjata dengan segera," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron di media sosial X.