NATO: Jet Tempur F-16 'Hanya' Untuk Menyerang Instalasi Militer Rusia, Tak Membuat Perang Membesar
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebut pengerahan jet tempur F-16 di Ukraina tidak akan memperbesar peperangan melawan Rusia.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebut pengerahan jet tempur F-16 di Ukraina tidak akan memperbesar peperangan melawan Rusia.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, nantinya keberadaan jet tempur buatan Amerika Serikat tersebut hanya digunakan Kiev untuk melindungi dan mempertahankan diri dari serangan pasukan udara Vladimir Putin.
“Pertahanan diri mencakup penghancuran sasaran militer di wilayah Federasi Rusia, ini bukan eskalasi,” kata Stoltenberg menjawab pertanyaan tentang kemungkinan penggunaan pesawat tempur F-16 di wilayah Rusia dikutip dari media asal Ukraina, Strana.
Baca juga: Penampakan T-90 Rusia yang Dicemooh Seperti Kura-kura, Kini Ditiru Oleh Lawan
Belanda dan Denmark telah mengonfirmasi menyumbangkan pesawat yang bisa dilengkapi dengan rudal nuklir tersebut.
Paling tidak dua negara itu bakal menyumbang sebanyak 61 unit jet tempur F-16. Belanda akan menyumbang sebanyak 42 unit sedangkan Denmark 19 unit.
Pesawat perang ini dijadwalkan akan berdatangan ke Kiev mulai musim panas ini.
Meski demikian masih ada keraguan di mana masih terbatasnya jumlah pilot tempur yang dimiliki oleh Ukraina.
Politico menyebutkan bahwa Ukraina saat ini hanya menyisakan sebanyak pilot penerbang. Namun baru sebagian dari mereka yang sedang dilatih menunggangi jet F-16 yang dianggap layak untuk bertempur melawan Rusia tersebut, lainnya sedang mengantri kuota pelatihan pilot F-16 Fighting Falcom.
Sebelumnya Belanda mengizinkan Ukraina menggunakan pesawat F-16 mereka menyerang hingga ke dalam wilayah Rusia.
Lampu hijau ini diberikan Menteri Luar Negeri Belanda, Hanke Bruins Slot, pekan lalu, saat mengumumkan Belanda tidak akan keberatan jika Ukraina menggunakan jet tempur F-16 yang dipasoknya untuk menyerang sasaran di Rusia untuk membela diri.
Baca juga: Panglima Syrsky: Pasukan Rusia Terjebak di Volchansk
“Jika Anda mempunyai hak untuk membela diri, tidak ada batasan dalam penggunaan senjata. Ini adalah prinsip umum,” kata Menteri Belanda pada pertemuan informal para menteri luar negeri NATO di Praha, dikutip Eurasian
Pernyataan tersebut mengikuti posisi serupa yang diambil Denmark. Sebelumnya Kopenhagen menyatakan, adil bagi Ukraina untuk menggunakan pesawat F-16 yang diberikan Denmark untuk menyerang sasaran militer di wilayah Rusia.
“Sepenuhnya sesuai aturan perang, negara yang diserang harus mampu menjawab sendiri,” kata Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen kepada wartawan di Brussels.
Menteri Luar Negeri Denmark, bagaimanapun, menekankan bahwa Ukraina tidak diberi “carte blanche” untuk menyerang Rusia secara sewenang-wenang, tetapi kesempatan untuk mengambil keuntungan dari kemungkinan yang dapat melemahkan militer Rusia dengan menyerang instalasi di belakang perbatasan.
Ukraina akan mendapatkan F-16 Fighting Falcon dari negara-negara seperti Denmark, Belanda, Norwegia, dan Belgia. Amerika Serikat menyetujui pemindahan pesawat tempur tersebut.
Tak lama setelah lampu hijau menggunakan F-16 untuk menyerang Rusia, media sosial dibanjiri dengan persepsi bahwa Fighting Falcon ini akan segera terlihat menyerang Rusia – tanpa pengakuan resmi dari Pentagon.
Kegembiraan yang meluas terlihat di kalangan blogger pro-Ukraina, pelacak perang, dan analis yang memantau dan melaporkan perkembangan dari medan perang.
Apalagi pernyataan para menteri Belanda dan Denmark ini muncul di tengah meningkatnya momentum di antara negara-negara NATO yang mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan senjata yang ditransfer oleh negara-negara aliansi tersebut.