7 Fakta Wabah Bakteri Pemakan Daging di Jepang, Pasien Bisa Meninggal dalam Waktu 48 Jam
Wabah bakteri pemakan daging berkembang di Jepang. Ini 7 hal yang perlu diketahui.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
Pengobatan yang dapat dilakukan yakni pemberian antibiotik intravena dosis tinggi dan perawatan suportif.
5. Langkah pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yakni menjaga kebersihan yang baik, mengobati infeksi streptokokus yang cepat, dan memantau denganc erman luka dan infeksi kulit.
Edukasi kesehatan masyarakat mengenai gejala dan risiko yang terkait dengan infeksi Streptococcus grup A juga penting untuk deteksi dini dan pengobatan.
6. Siapa yang paling berisiko terkena STSS?
Siapa pun bisa terkena STSS, kata CDC, tetapi faktor risiko tertentu dapat meningkatkan risiko, yaitu:
- Usia – paling sering terjadi pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas
- Infeksi atau cedera yang merusak kulit
- Faktor kesehatan lainnya, termasuk diabetes dan gangguan penggunaan alkohol
“Orang dengan luka terbuka berisiko lebih tinggi terkena STSS,” menurut CDC AS.
Ini termasuk individu yang baru saja menjalani operasi atau infeksi virus yang menyebabkan luka terbuka.
Namun, para ahli tidak mengetahui bagaimana bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh hampir separuh pasien STSS.
7. Wabah Serupa di Negara Lain
Negara-negara lain juga mengalami wabah serupa.
Baca juga: Riset: Peringkat Daya Saing Indonesia Naik ke 27 di Dunia, Lampaui Malaysia Hingga Jepang
Pada akhir tahun 2022, setidaknya lima negara Eropa melaporkan peningkatan kasus penyakit streptokokus grup A invasif (GAS) kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO mencatat bahwa peningkatan kasus berkorelasi dengan pencabutan pembatasan Covid-19.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.