Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketakutan dan Kecemasan Ekstrem setelah Ultimatum Israel, Warga Harus Dievakuasi dari Gaza Selatan

Warga Bani Suhaila menggambarkan situasi setelah Israel mengultimatum agar meninggalkan Gaza selatan, ketakutan hingga kecemasan

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
zoom-in Ketakutan dan Kecemasan Ekstrem setelah Ultimatum Israel, Warga Harus Dievakuasi dari Gaza Selatan
AFP/AFP
Orang-orang memeriksa kerusakan di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman Israel di Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan pada 16 April 2024, saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Warga Bani Suhaila menggambarkan situasi setelah Israel mengultimatum agar meninggalkan Gaza selatan, ketakutan hingga kecemasan (STR/AFP) 

Hamas mengatakan kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan memaksa Israel menarik diri sepenuhnya dari Gaza.

Tentara Israel (IDF) di satuan Brigade Givati ​​berdiri di atas sebuah tank di Rafah timur di Jalur Gaza selatan, dalam gambar selebaran yang dirilis pada 10 Mei 2024.
Tentara Israel (IDF) di satuan Brigade Givati ​​berdiri di atas sebuah tank di Rafah timur di Jalur Gaza selatan, dalam gambar selebaran yang dirilis pada 10 Mei 2024. (Kredit foto: Pasukan Pendudukan Israel)

Israel mengatakan pihaknya hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran hingga Hamas diberantas.

Pihak berwenang Israel membebaskan 54 warga Palestina yang ditahan selama perang, kata pejabat perbatasan Palestina.

Di antara mereka adalah Mohammad Abu Selmeyah, direktur Rumah Sakit Al Shifa, yang ditangkap oleh militer ketika pasukannya pertama kali menyerbu fasilitas medis tersebut pada bulan November.

Israel mengatakan Hamas telah menggunakan rumah sakit itu untuk tujuan militer.

Militer telah merilis rekaman CCTV rumah sakit pada 7 Oktober yang menunjukkan orang-orang bersenjata dan sandera di lokasi tersebut, dan telah membawa wartawan ke dalam terowongan yang ditemukan di kompleks tersebut.

Hamas membantah menggunakan rumah sakit untuk keperluan militer. Abu Selmeyah menolak tuduhan tersebut pada hari Senin dan mengatakan bahwa para tahanan telah disiksa selama penahanan mereka, termasuk tidak diberi makanan dan obat-obatan, dan beberapa di antaranya telah meninggal.

BERITA TERKAIT

"Saya mengalami penyiksaan berat, kelingking saya patah, dan saya dipukul di kepala hingga berdarah, lebih dari satu kali," tutur Abu Selmeyah dalam jumpa pers di sebuah rumah sakit di Gaza selatan.

Israel pada bulan Mei mengatakan pihaknya sedang menyelidiki kematian warga Palestina yang ditangkap selama perang serta kamp penahanan yang dikelola militer tempat para tahanan yang dibebaskan dan kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh adanya penyiksaan terhadap para tahanan.

Militer tidak segera mengomentari pernyataan Abu Selmeyah.

(Tribunnews.com/Chrysnha)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas