Malaysia Bergabung dengan Indonesia Menawarkan ‘Penjaga Perdamaian’ untuk Gaza, Siap Kirim Pasukan
Malaysia bergabung dengan Indonesia dalam menawarkan ‘penjaga perdamaian’ untuk Gaza.
Penulis: Muhammad Barir
Malaysia Bergabung dengan Indonesia Menawarkan ‘Penjaga Perdamaian’ untuk Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Malaysia bergabung dengan Indonesia dalam menawarkan ‘penjaga perdamaian’ untuk Gaza.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah menjadi kritikus vokal terhadap genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan pada 2 Juli bahwa negaranya siap mengirim pasukan penjaga perdamaian bersama Indonesia untuk memastikan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Perdana Menteri Malaysia mengatakan bahwa dia melakukan percakapan telepon dengan Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto, menjelaskan bahwa mereka “membahas serangan terhadap Palestina.”
Dia menekankan bahwa mereka “siap mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Gaza bekerja sama dengan Indonesia jika PBB memintanya.”
Ibrahim telah menjadi penentang keras perang Israel Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Pada bulan Juni, ia menekankan bahwa “ada situasi yang memerlukan intervensi yang tidak ragu-ragu dan tegas” dan mengutuk “kekejaman mencolok yang dilakukan Israel di ladang pembantaian dengan dalih membela diri, dan kolonialisme pemukim yang merupakan kampanye genosida sistematis untuk menggusur seluruh populasi masyarakat adat.”
Presiden terpilih Indonesia Subianto mengatakan pada bulan Juni bahwa negaranya siap mengirim pasukan penjaga perdamaian untuk menegakkan gencatan senjata di Gaza jika diminta.
Pada konferensi keamanan Dialog Shangri-La, Prabowo menyatakan,
“Jika diperlukan dan diminta oleh PBB, kami siap menyumbangkan pasukan penjaga perdamaian yang signifikan untuk mempertahankan dan memantau prospek gencatan senjata ini serta memberikan perlindungan dan keamanan kepada semua pihak dan semua pihak."
Prabowo adalah mantan jenderal pasukan khusus dan saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan Indonesia.
Dia akan menjabat sebagai presiden Indonesia pada bulan Oktober.
Hal ini menyusul pengumuman Presiden AS Joe Biden tentang proposal gencatan senjata tiga fase di Gaza, yang kemudian ditolak oleh Israel.