Menlu RI Singgung Konflik Gaza di Konferensi Internasional Literasi Agama Lintas Budaya
Retno mengatakan, semua kekejaman dan jatuhnya korban jiwa tidak berdosa itu imbas dari tidak adanya keberadaan solidaritas dan kemanusiaan.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menyinggung soal konflik di dunia yang merenggut banyak nyawa, salah satunya situasi di Gaza, Palestina, yang telah menewaskan 37 ribu dengan sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Retno mengatakan, semua kekejaman dan jatuhnya korban jiwa tidak berdosa itu imbas dari tidak adanya keberadaan solidaritas dan kemanusiaan.
Hal ini disampaikan Retno Marsudi dalam pidato di Konferensi Internasional Literasi Agama Lintas Budaya ‘Kolaborasi Multi Iman dalam Masyarakat Inklusif’ di Jakarta, Rabu (10/7/2024).
“Hari ini pencarian perdamaian tetap mendesak dan sulit dipahami karena lanskap global kita sangat kompleks. Yang paling memprihatinkan adalah konflik yang lebih terbuka yang merenggut lebih banyak nyawa di seluruh dunia,” ungkap Retno.
“Di Gaza saja, lebih dari 37 ribu orang tewas, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak,” lanjutnya.
Retno menegaskan, semua kekejaman di dunia harus dihentikan. Manusia dan kemanusiaan sudah selayaknya ditempatkan sebagai prioritas utama.
Menurutnya, dalam menyelesaikan konflik Ukraina-Rusia, Afghanistan dan Palestina-Israel, dibutuhkan kemauan untuk melakukan dialog yang konstruktif dari pihak yang berkonflik .
Namun, kemauan tersebut harus dikejar. Tugas ini tidak hanya dipikul oleh pemimpin politik, tapi seluruh elemen masyarakat, khususnya pemimpin agama harus ikut terlibat dan bertanggung jawab.
“Konflik-konflik ini tidak secara inheren religius, tetapi unsur-unsur agama sering hadir, mengintensifkan ketegangan. Oleh karena itu, memahami beragam agama menjadi penting, sebuah usaha yang harus selalu kita pelihara,” kata Retno.
Baca juga: Singgung Isu Palestina, Grand Syekh Al-Azhar Minta Umat Jaga Persatuan saat Kunjungan ke Indonesia
Ia menyatakan bahwa kebebasan setiap agama harus dijamin secara hukum, keragaman juga harus dihormati. Perbedaan agama juga semestinya tidak menciptakan fanatisme yang berujung pada terbentuknya ketegangan.
Hal itu yang menyebabkan Indonesia secara aktif bekerja dengan masyarakat internasional untuk tiga agenda. Yakni memperkuat toleransi, mempromosikan inklusivitas, dan membina kolaborasi multi-agama.
“Inilah sebabnya mengapa Indonesia aktif bekerja dengan masyarakat internasional untuk tiga agenda,” pungkas Retno.
Sebagai informasi, konferensi ini melibatkan 50 narasumber nasional dan internasional untuk membahas upaya penguatan kolaborasi multi agama di tengah berbagai tantangan dunia saat ini.
Forum ini jadi wadah bagi dari berbagai pemeluk agama dan kepercayaan untuk saling belajar dan bekerja sama dengan tetap menghormati perbedaan guna mengatasi masalah yang jadi perhatian bersama.
Sekitar 200 peserta diundang yang merupakan pejabat pemerintah dalam dan luar negeri, duta besar negara sahabat, hingga akademisi.