Sebut Netanyahu dan Pejabat Israel Tak Punya Nyali, Pejabat Haifa: Mereka Meninggalkan Kami Sendiri
Pejabat setempat Haifa mengaku Netanyahu maupun menteri kabinetnya, tidak ada yang berkunjung ke Haifa sejak Hizbullah melancarkan serangan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.com - Wali Kota Haifa, Yona Yahav, menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pejabat lainnya tak punya nyali.
Alasannya, Netanyahu maupun menteri di kabinetnya tidak pernah mengunjungi Haifa selama agresi ke Gaza yang memicu serangan Hizbullah.
Kepada Channel 12 Israel, Yahav mengatakan rezim Zionis saat ini menghadapi "bahaya nyata karena Hizbullah sedang menghancurkan Israel."
Ia pun membandingkan sikap Netanyahu dengan perdana menteri Israel terdahulu, Ehud Olmert.
Saat Israel terlibat perang dengan Hizbullah selama 33 hari pada 2006, Olmert dan menteri kabinetnya datang mengunjungi Haifa tanpa rasa takut.
"Tapi, anggota kabinet sekarang ini tidak melakukannya (berkunjung ke Haifa)," kata Yahav baru-baru ini, dikutip dari IRNA.
"Netanyahu tidak melakukan apapun, mereka meninggalkan kami sendirian," imbuh dia.
Lebih lanjut, Yahav mencontohkan pada perang di tahun 2006, Hizbullah 'hanya' mampu menembakkan 200 rudal non-target ke Haifa, kota yang terletak 28 kilometer dari perbatasan Lebanon.
Namun, saat ini, menurut Yahav, Hizbullah bisa meluncurkan 4.000 rudal setiap harinya ke Haifa.
Sementara itu, media Lebanon Al Mayadeen melaporkan pemukim Israel khawatir dengan sasaran industri di Haifa.
Sebab, 3,2 juta orang yang tinggal di sana akan dirugikan jika fasilitas industri yang mengandung bahan berbahaya, menjadi target.
Baca juga: Banyak Anak Cedera Parah, Dokter Bedah Gaza: Israel Sengaja Rancang Senjata untuk Maksimalkan Korban
Setidaknya ada 1.500 sumber bahan berbahay di Haifa, yang jika diserang, akan berdampak ke lingkungan dan warga setempat bakal menderita, bahkan bencana, yang tidak terbayangkan.
Beberapa media Israel juga melaporkan, setidaknya 70 persen wilayah Galilea di utara Palestina yang diduduki rusak akibat serangan Hizbullah selama delapan bulan.
Media tersebut menambahkan, setengah dari penduduk Kiryat Shmona di wilayah utara Palestina yang diduduki tidak berpikir untuk kembali ke pemukiman tersebut karena serangan Hizbullah yang terus berlanjut.