Alasan Israel Luncurkan Bom ke Khan Yunis: Muhammad Deif Keluar Terowongan Usai Diundang Rafi Salama
Alasan Israel mengebom Khan Yunis, militer Israel sebut Muhammad Deif keluar terowongan gara-gara diundang Rafi Salama untuk pertemuan.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Maariv menerbitkan laporan yang mengungkapkan alasan militer Israel melakukan pemboman di Al-Mawasi, Khan Yunis pada Sabtu (13/7/2024).
Militer Israel optimis pemboman yang menewaskan 90 warga Palestina itu telah berhasil membunuh komandan Brigade Al-Qassam, Muhammad Deif, dan komandan batalyon Khan Yunis, Rafi Salama.
Maariv berupaya membenarkan pemboman itu dengan alasan Israel memperoleh informasi intelijen dari Shin Bet mengenai keberadaan Muhammad Deif di Al-Mawasi pada hari itu.
"Muhammad Al-Deif meninggalkan terowongan atas undangan Rafi Salama dan datang menemuinya di Al-Mawasi Khan Yunis, dekat zona kemanusiaan," lapor Maariv, mencari pembenaran atas pemboman di kawasan tenda pengungsi di Al-Mawasi.
Maariv mengatakan militer Israel memperkirakan kemajuan dalam perundingan gencatan senjata telah membuat Muhammad Deif dan Rafi Salama merasa mempunyai waktu yang aman untuk bertemu di atas tanah dengan dasar Israel akan menahan diri dari tindakan ofensif apa pun, meski selama perundingan itu Israel tetap melakukan serangan di Jalur Gaza.
Maariv menegaskan, informasi intelijen yang diperoleh militer Israel berkualitas tinggi dan berasal dari beberapa sumber, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Tentara Israel mengatakan setelah menerima informasi tersebut, mereka mengerahkan drone Angkatan Udara yang memantau apa yang terjadi di kompleks tersebut sebelum, selama dan setelah serangan tersebut," lapor Maariv, Senin (15/7/2024).
Militer Israel mengklaim pantauan dari drone itu tidak menunjukkan adanya para pengungsi di kawasan tersebut.
"Senjata yang ditempatkan di kompleks itu berat... dan ada banyak bahan peledak," lanjutnya, mengutip keterangan tentara Israel.
"Jika dia benar-benar ada di sana, Muhammad Al-Deif tidak akan punya kesempatan untuk keluar," tambahnya.
Tentara dan Shin Bet menolak menjawab pertanyaan berapa lama Muhammad Deif menghabiskan waktu di kompleks tersebut sebelum Israel melakukan serangan udara.
Baca juga: Balas Pembantaian di Khan Yunis, Houthi Ngebom Kapal Israel di Teluk Aden
Israel kembali beralasan bahwa informasi intelijennya kuat dan yakin Muhammad Deif sudah berada di sana, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Sementara itu, Hamas membantah klaim Israel tersebut yang disebut sebagai klaim kosong dan kebohongan.
"Komandan Muhammad Al-Deif mendengar Anda sekarang, dan mengejek kata-kata yang kamu (Israel) ucapkan, 'Saya katakan kepada Netanyahu, 'Anda telah gagal dan Anda menjadi tercela,'" kata Wakil Ketua Hamas di Jalur Gaza, Khalil Al-Hayya mengutip perkataan Muhammad Deif, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (14/7/2024).
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.584 jiwa dan 88.881 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (15/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Al Mayadeen.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel