Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Milenial Jadi Cawapresnya Donald Trump, Siapakah JD Vance?

Ia adalah JD Vance seorang senator dari negara bagian Ohio. Vance merupakan sekutu setia Trump yang juga seorang kritikus.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Milenial Jadi Cawapresnya Donald Trump, Siapakah JD Vance?
Senate Govt
JD Vance cawapresnya Donald Trump 

TRIBUNNEWS.COM -- Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya memiliki calon wapresnya pada Senin (15/7/2024).

Ia adalah JD Vance seorang senator dari negara bagian Ohio. Vance merupakan sekutu setia Trump yang juga pernah menjadi kritikus sang capres tersebut.

Ia disebut sebagai seorang milenial pertama yang bergabung dengan partai besar pada saat muncul kekhawatiran mendalam tentang para pemimpin politik Amerika yang berusia lanjut.




"Setelah melalui pertimbangan dan pemikiran yang panjang, dan mempertimbangkan bakat-bakat luar biasa dari banyak orang lain, saya telah memutuskan bahwa orang yang paling cocok untuk menduduki posisi Wakil Presiden Amerika Serikat adalah Senator J.D. Vance dari Negara Bagian Ohio," kata Trump dalam sebuah unggahan di jejaring sosial Truth Social miliknya demikian diberitakan oleh VoA.

Baca juga: Netizen Demo di X Sebut Trump Tak Layak Jadi Presiden AS Usai Insiden Penembakan Pennsylvania

Bernama asli James Donald Bowman, JD Vance lahir pada 2 Agustus 1984 di Middletown, Ohio.

Vance merupakan seorang prajurit di Korps Marinir sebelum mempelajari ilmu politik dan filsafat di Ohio State University dan mendapatkan gelar Juris Doctor dari Yale Law School.

Dia menjadi terkenal dengan memoarnya tahun 2016, Hillbilly Elegy, yang menggambarkan masa kecilnya di Middletown dan nilai-nilai Appalachian keluarganya. Memoar ini menjadi buku terlaris New York Times dan kemudian menjadi film, dan menarik perhatian pers yang signifikan selama pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016.

BERITA TERKAIT

Vance awalnya adalah seorang kritikus Trump, menulis artikel kritis tentang dia pada tahun 2016 di The Atlantic dan menyebut Trump dalam korespondensi pribadi sebagai "Hitlernya Amerika". kepresidenan.

Vance meluncurkan kampanye politik pertamanya pada tahun 2021 untuk mewakili Ohio di Senat AS. Dia memenangkan nominasi Partai Republik dengan dukungan Trump dan melawan calon dari Partai Demokrat Tim Ryan dalam pemilihan umum.

Vance telah menjadi bagian dari media konservatif dan sering berdebat dengan para wartawan di Capitol Hill, yang membantu menjadikannya sebagai pemimpin yang dapat meneruskan kepemimpinan Trump di masa depan, dimulai dari pemilihan presiden berikutnya pada tahun 2028.

Namun saat Trump berusaha untuk membuat terobosan dengan para pemilih kulit hitam dan Latin, kehadiran Vance justru memperkuat asumsi bahwa kini ada dua orang kulit putih memimpin Partai Republik.

Dalam "Hillbilly Elegy," Vance merinci kehidupan di komunitas-komunitas Appalachian yang menjauh dari Partai Demokrat, yang dianggap oleh banyak penduduknya terputus dari kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun buku ini menjadi buku terlaris, buku ini juga dikritik karena terkadang terlalu menyederhanakan kehidupan pedesaan dan mengabaikan peran rasisme dalam politik modern.

Vance, yang berusia 39 tahun, menjadi terkenal di panggung nasional setelah menerbitkan Ia terpilih menjadi anggota Senat pada tahun 2022 dan telah menjadi salah satu pejuang paling gigih dalam agenda "Make America Great Again" yang digagas Trump, terutama dalam hal perdagangan, kebijakan luar negeri, dan imigrasi.

Baca juga: Dukungan Kuat Donald Trump Terhadap Israel jika Donald Trump Menang di Pilpres AS November

Meski demikian pria ini masih banyak yang meragukan karena belum teruji dalam kancah nasional setelah gabung bersama Trump.

Percobaan pembunuhan terhadap Trump dalam sebuah rapat umum Sabtu lalu (13/7) telah mengguncang kampanye presiden AS, menarik perhatian baru pada retorika politik yang kasar dan menegaskan pentingnya tokoh-tokoh yang hanya berjarak satu detak jantung dari kursi kepresidenan.

Vance sendiri menghadapi kritik setelah penembakan tersebut karena sebuah tulisan di X yang menyatakan bahwa Presiden Joe Biden harus disalahkan atas terjadinya insiden penembakan tersebut.

"Premis utama kampanye Biden adalah Presiden Donald Trump seorang fasis otoriter yang harus dihentikan dengan cara apa pun," tulis Vance.

"Retorika tersebut mengarah langsung pada percobaan pembunuhan Presiden Trump," imbuhnya.

Para penegak hukum belum menentukan motivasi penembakan tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas