Iran Bantah Terlibat dalam Insiden Penembakan Donald Trump: Tuduhan yang Tidak Berdasar dan Jahat
AS memperoleh informasi bahwa Iran merencanakan pembunuhan terhadap Donald Trump beberapa minggu lalu. Otoritas Iran lantas membantahnya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
Trump terlihat menyentuh telinganya dan kemudian wajahnya berlumuran darah.
Ia dengan cepat dikerumuni oleh Secret Service dan langsung dikawal meninggalkan podium.
Tembakan dari senapan gaya AR ditembakkan pada pukul 18.15 dari posisi tinggi di luar tempat kampanye.
Setelah Secret Service menembak dan membunuh pria bersenjata tersebut.
Satu orang yang menghadiri kampanye Donald Trump tewas dan dua lainnya terluka parah.
Trump sendiri kemudian dibawa ke rumah sakit setempat untuk diperiksa, tapi dia diperbolehkan pulang pada Sabtu malam.
Beberapa jam setelah penembakan, Trump memposting di Truth Social bahwa dia ditembak dengan peluru yang menembus bagian atas telinga kanannya.
"Saya langsung tahu ada yang tidak beres karena saya mendengar suara mendesing, tembakan, dan langsung merasakan peluru menembus kulit."
"Banyak pendarahan yang terjadi, jadi saya menyadari apa yang terjadi."
"TUHAN MEMBERKATI AMERIKA!"
Dalam sebuah pernyataan, FBI mengidentifikasi penembak sebagai seorang pria Pennsylvania berusia 20 tahun, Thomas Matthew Crooks.
Baca juga: Putin Dapat Angin Segar Dari Donald Trump Jika Terpilih Jadi Presiden AS
Ia berasal dari Bethel Park, sebuah kota di Pennsylvania sekitar satu jam dari lokasi kampanye.
Crooks telah mendaftar untuk memilih sebagai anggota Partai Republik.
Namun ada catatan yang menunjukkan sumbangan $15 atas namanya pada 20 Januari 2021, untuk Progressive Turnout Project, yang mendukung jumlah pemilih dari Partai Demokrat.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)