Fakta Baru, Polisi Ada di Gedung yang Sama dengan Penembak Donald Trump, Diduga Lihat Pelaku
Secret Service menyebut bahwa ada polisi di dalam gedung yang menjadi tempat Crooks melakukan penembakan terhadap Trump.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Fakta baru terungkap terkait penyelidikan peristiwa penembakan dan percobaan pembunuhan terhadap mantan Presiden AS, Donald Trump ketika melakukan kampanye di Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024) lalu.
Dikutip dari BBC, ternyata ada polisi yang ditempatkan di dalam gedung yang sama dengan pelaku penembakan terhadap Trump, Thomas Matthew Crooks (20).
Adapun hal ini disampaikan oleh Direktur Secret Service atau Dinas Rahasia AS, Kimberly Cheatle.
Cheatle menuturkan bahwa polisi setempat berada di dalam gedung sementara Crooks berada di atap gedung tersebut.
Dia mengungkapkan polisi memang ditempatkan di dalam gedung untuk mengamankan teritori di sekitar lokasi tersebut.
Dengan hasil investigasi ini, Cheatle menegaskan bahwa pengamanan di sekitar lokasi gedung tempat Crooks menembak bukanlah tanggung jawab Dinas Rahasia AS, tetapi polisi setempat.
Lantas, banyak pertanyaan pun mengemuka terkait bagaimana polisi dan agen rahasia bisa kecolongan, sehingga Crooks bisa mendekat dan melepaskan tembakan sehingga mengenai telinga kanan Trump.
Cheatle menjelaskan bahwa polisi setempat yang berada di dalam gedung itu terdiri dari tiga penembak jitu.
Ketiga penembak jitu itu diduga telah melihat Crooks saat naik ke atap gedung yang ditempati oleh mereka.
Baca juga: Secret Service: Penembak Donald Trump Sudah Dicurigai Sejam sebelum Penembakan
Sementara, juru bicara Dinas Rahasia AS, Anthony Guglielmi, menuturkan bahwa lembaganya bertanggung jawab untuk mengamankan di dalam area pasar malam.
Sedangkan, polisi mengamankan area di luar podium, termasuk bangunan yang menjadi lokasi Crooks melakukan penembakan.
Namun, pernyataan ini dibantah oleh kepolisian setempat yang menyebut bahwa gedung itu bukan tanggung jawab mereka.
Juru bicara Kepolisian Pennsylvania mengatakan bahwa pihaknya mengerahkan seluruh personel sesuai yang diminta Dinas Rahasia AS.
Adapun jumlah personel yang dikerahkan sebanyak 30-40 orang yang ditempatkan di dalam perimeter.
Banyak pengamat pun mempertanyakan bagaimana perencanaan pengamanan yang sudah direncanakan bisa gagal sehingga Crooks yang menenteng senjata AR-15 bisa masuk ke perimeter kampanye Trump tanpa halangan.
Padahal, kerumunan massa yang menonton kampanye Trump sudah melihat Crooks di atap dalam beberapa menit sebelum penembakan terjadi.
Namun, menurut Sheriff Desa Butler, Michael Slupe, pihaknya juga melihat Crooks tetapi tidak mampu menghentikannya.
Dia mengaku bahwa telah terjadi kegagalan dalam mengamankan tempat tersebut.
Penembak Trump Sudah Dicurigai Sejam sebelum Kejadian
Sebelumnya, Dinas Rahasia AS juga mengakui bahwa Crooks sudah dicurigai oleh pihaknya sejam sebelum insiden penembakan terhadap Trump terjadi.
Namun, Dinas Rahasia AS menyebut saat pemantauan masih dilakukan, sosok Crooks hilang di tengah kerumunan orang yang bakal hadir saat kampanye Trump di Pennsylvania pada Sabtu (13/7/2024).
Adapun informasi ini diketahui dari pertemuan tertutup yang digelar anggota DPR AS, Senat, dan para pejabat penegak hukum, termasuk Dinas Rahasia AS pada Rabu (17/7/2024).
Dikutip dari BBC, senator asal Wyoming, John Barrasso mengungkapkan bahwa Dinas Rahasia AS mengaku telah melihat Crooks satu jam sebelum serangan, tetapi kemudian kehilangan pandangannya.
John mengatakan Dinas Rahasia AS curiga kepada Crooks berdasarkan barang yang dibawanya.
"Dia diidentifikasi sebagai orang yang patut dicurigai karena (dia memiliki) alat pengintai dan juga ransel. Dan ini terjadi lebih dari satu jam sebelum penembakan terjadi," katanya.
Dia pun mencibir cara kerja Dinas Rahasia AS yang bisa kehilangan jejak dari Crooks.
"Jadi, Anda akan berpikir selama satu jam itu, Anda seharusnya tidak kehilangan pandangan terhadap individu tersebut," tutur John.
Baca juga: Mengapa Kubu Joe Biden Kecam Penunjukkan JD Vance Jadi Cawapres Donald Trump?
Lalu, pada pertemuan tertutup tersebut, Dinas Rahasia AS juga mengungkapkan bahwa Crooks sudah melakukan pemantauan di lokasi kampanye Trump setiap harinya sebelum penembakan dan percobaan pembunuhan terhadap Trump dilakukan.
Selain itu, salah satu pejabat yang ikut dalam pertemuan tersebut juga menuturkan bahwa aparat telah mencari ponsel milik Crooks untuk mengulik apakah pelaku memiliki gejala depresi.
Crooks juga disebut sempat mencari foto Trump dan Presiden AS, Joe Biden.
Direktur FBI, Christopher A. Wray mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa dalam riwayat panggilan yang dilakukan Crooks, terjadi 200 kali panggilan telepon dan adanya 14.000 gambar yang sudah diidentifikasi.
Senator Partai Republik Beri Kritik, Tetap Bolehkan Trump Kampanye meski Sudah Tahu Ada Ancaman
Pada kesempatan yang sama, beberapa senator dari Partai Republik mengkritik kurangnya transparansi dari para penyelidik.
Selain itu, mereka juga marah dengan kinerja Dinas Rahasia AS yang tetap memperbolehkan Trump naik ke podium meski sudah mengetahui adanya ancaman sebelumnya.
"Saya terkejut mengetahui bahwa Secret Service sudah tahu adanya ancaman sebelum Presiden Trump naik ke atas panggung," kata Senator Tennessee, Marsha Blackburn.
Baca juga: Singgung Mukjizat, Trump Sebut Seharusnya Dia Sudah Tewas, Kini Ada Perban Besar di Telinga
Beberapa senator juga marah karena penyelidik tidak menjawab pertanyaan mereka dan menuntut pengunduran diri dari Direktur Dinas Rahasia AS, Kimberly Cheatle.
"Kegagalan keamanan yang mengerikan dan kurangnya transparansi seputar upaya pembunuhan terhadap Presiden Trump menuntut pergantian kepemimpinan di Dinas Rahasia AS," kata Senator Utah, Mike Lee.
Seruan agar Cheatle mundur juga disampaikan oleh Ketua DPR dari Partai Republik, Mike Johnson.
Bahkan, dia juga berencana untuk menggelar penyelidikan di DPR AS terkait penembakan terhadap Trunp ini,
“Penyelidikan ini akan terdiri dari anggota Partai Republik dan Demokrat untuk mengungkap kasus ini dengan cepat, sehingga rakyat Amerika bisa mendapatkan jawaban yang layak mereka dapatkan,” katanya dikutip dari ABC News.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Donald Trump Ditembak