Kronologi Kerusuhan Bangladesh Sebabkan 39 Orang Tewas, Kouta PNS Jadi Penyebabnya
Kericuhan semakin menjadi setelah, polisi meluncurkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
![Kronologi Kerusuhan Bangladesh Sebabkan 39 Orang Tewas, Kouta PNS Jadi Penyebabnya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/demo-rusuh-tolak-kuota-pns-di-bangladesh-5-orang-tewas_20240718_065812.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, BANGLADESH – Puluhan ribu warga India turun ke jalanan Bangladesh, menggelar demo besar-besaran hingga berujung kekerasan dan membuat puluhan demonstran meninggal dunia, Jumat (19/7/2024).
Aksi demo ini digelar sebagai bentuk protes para mahasiswa atas kebijakan pemerintah yang menerapkan kuota pegawai negeri sipil (PNS) hingga 30 persen untuk anggota keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh 1971.
Kebijakan ini dinilai mahasiswa sebagai kebijakan diskriminatif, lantaran pembatasan hanya akan menguntungkan pendukung Partai Liga Awami yang menjadi "rumah" bagi Perdana Menteri Sheikh Hasina Wazed.
Alasan ini yang mendorong para mahasiswa untuk menggelar demo besar-besaran, menuntut agar semua kategori kuota penerimaan PNS dihapuskan, kecuali dua kategori terakhir. Sebab sistem kuota tersebut mengurangi jumlah pekerjaan pemerintah yang terbuka untuk semua orang.
Baca juga: Bangladesh Chaos Tewaskan 39 Orang, Ada 563 WNI Dilaporkan Selamat
“Alasan dibalik partisipasi yang begitu besar adalah karena banyak pelajar yang mengalami pengalaman pahit karena tidak mendapatkan pekerjaan yang layak setelah menyelesaikan pendidikan mereka,” tulis Anu Muhammad, mantan profesor dan analis ekonomi, di surat kabar Daily Star.
“Selain itu, korupsi yang merajalela dan ketidakberesan dalam ujian perekrutan dan proses seleksi pemerintah telah menumbuhkan rasa frustasi dan kemarahan yang sangat besar,” imbuhnya.
Kronologi Kerusuhan
Kerusuhan demo yang digelar ratusan ribu mahasiswa di Bangladesh pertama kali terjadi pada awal pekan ini di Universitas Dhaka, Senin (15/7/2024).
Awalnya kerusuhan hanya melibatkan peserta demonstran dengan kepolisian di Dhaka. Namun, belakangan ini kerusuhan meluas dari kawasan ibu kota ke kota-kota lain.
Sebelum kerusuhan meluas, Menteri Hukum Bangladesh Anisul Huq sempat mengajak para pengunjuk rasa untuk berdialog, namun nyatanya dialog tersebut tak kunjung membuahkan hasil.
Situasi yang semakin memanas mendorong para mahasiswa Bangladesh bertindak lebih anarkis, hingga membakar gedung lembaga penyiaran negara, pada Kamis (18/7/2024).
Tak sampai disitu, ribuan pengunjuk rasa menyerbu stasiun televisi negara BTV, merusak perabotan, menghancurkan jendela dan lampu, serta membakar sebagian bangunan.
"Situasinya sangat buruk sehingga kami tidak punya pilihan selain meninggalkan tempat itu. Beberapa rekan kami terjebak di dalam. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada mereka,” jurnalis senior BTV, yang tidak mau disebutkan namanya.
Kericuhan semakin menjadi setelah, polisi meluncurkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa. Setidaknya 39 orang tewas dalam aksi unjuk rasa ini.
Salah satu korban tewas yakni reporter bernama Mehedi Hasan, ia terbunuh ketika sedang meliput bentrokan di Dhaka. Sementara itu, sebanyak 2.500 orang mengalami luka-luka dalam bentrokan antara mahasiswa dan polisi. Hampir 1.000 orang yang mengalami luka-luka telah dirawat di rumah sakit.
Selain memicu kebakaran di stasiun televisi negara BTV, demo yang berlangsung berhari-hari ini juga melumpuhkan banyak sektor di Dhaka dan kota-kota lain. Bahkan demonstran juga menyerang fasilitas publik dan sektor bisnis.
Kerusuhan menyebabkan pemerintah mendesak sekolah-sekolah dan universitas-universitas tutup tanpa batas waktu. Sejumlah negara juga telah merilis himbauan agar warga negaranya yang berada di Bangladesh untuk membatasi aktivitas di luar.
Bahkan baru-baru ini Menteri Telekomunikasi Bangladesh Zunaid Ahmed Palak, terpaksa memutus jaringan internet serta memblokade akses masyarakat ke Facebook yang menjadi platform pengorganisasian utama kampanye protes, adapun hal ini dilakukan untuk mencegah meluasnya aksi protes di Bangladesh.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.