Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kepercayaan Warga Israel pada Netanyahu Sangat Rendah, Khawatirkan Keamanan Negara

Hasil survei JPPI menunjukkan mayoritas publik memiliki kepercayaan yang sangat rendah terhadap Benjamin Netanyahu dan pejabat-pekabat Israel.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
zoom-in Kepercayaan Warga Israel pada Netanyahu Sangat Rendah, Khawatirkan Keamanan Negara
Ohad Zwigenberg / POOL / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet di pangkalan militer Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 24 Desember 2023 - Hasil survei JPPI menunjukkan mayoritas publik memiliki kepercayaan yang sangat rendah terhadap Benjamin Netanyahu dan pejabat-pekabat Israel. 

TRIBUNNEWS.com - Hasil survei yang digelar Institut Kebijakan Rakyat Yahudi (JPPI) pada Juli 2024, menunjukkan kepercayaan mayoritas warga Israel terhadap Perdana Menteri mereka, Benjamin Netanyahu, sangat rendah.

Sebanyak 73 persen responden tak terlalu percaya pada Netanyahu dan pejabat-pejabat Israel, sedangkan 26 persen lainnya mengaku masih menaruh harapan pada pemerintahan.

Sementara itu, menurut hasil survei yang sama, kepercayaan publik pada komando tertinggi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengalami penurunan.

Untuk pertama kali sejak serangan ke Gaza pada 7 Oktober 2023, mayoritas warga Israel, tepatnya sebanyak 55 persen, menyatakan "kurang percaya pada kepemimpinan puncak IDF."

Penurunan kepercayaan ini kebanyakan terjadi pada kelompok sayap kanan, di mana delapan dari 10 orang menunjukkan ketidak percayaan mereka pada komandan senior IDF, dikutip dari situs resmi JPPI.

Sebaliknya, di antara warga Yahudi Israel yang mengidentifikasi diri mereka sebagai kelompok sentris, dua dari setiap tiga orang mengklaim masih memiliki kepercayaan yang tinggi atau "sangat tinggi terhadap kepemimpinan senior IDF."

Menurunnya kepercayaan terhadap IDF diiringi dengan meningkatnya kekhawatiran di kalangan warga Israel terhadap situasi keamanan di negara mereka.

Berita Rekomendasi

Selama berbulan-bulan, Netanyahu telah menolak seruan yang mendesaknya mundur dan diadakannya pemilu dini.

Menurutnya, jika ia mundur dan melaksanakan pemilu dini, hal itu justru akan "melumpuhkan Israel" dan menghambat negosiasi pertukaran tahanan denagn kelompok perlawanan Palestina.

Terkait hasil survei tersebut, Presiden JPPI, Profesor Yedidia Stern, menyebut ada krisis kepercayaan yang mendalam di kalangan publik pada pemerintahan.

Hal itu, lanjut Stern, merupakan tantangan signifikan yang harus segera diselesaikan.

Baca juga: Mimpi Buruk bagi Israel, Digempur 65 Rudal Hizbullah dan Drone Houthi di Hari yang Sama

"Diperlukan kepercayaan baru antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan nasional menghadapi tantangan ke depan."

"Caranya adalah dengan menggelar pemilu dini," jelas dia.

Sebagai informasi, survei ini dilakukan JPPI pada Juli terhadap sampel yang mewakili 816 responden, dengan rincian 616 kelompok Yahudi dan 200 Arab.

Tel Aviv Dihantam Drone Houthi

Pada Jumat (19/7/2024), drone meledak di kawasan ibu kota negara Israel, Tel Aviv.

Drone itu diketahui melaju dari arah laut menuju Tel Aviv dan akhirnya menabrak sebuah bangunan di persimpangan Jalan Ben Yehuda dan Jalan Shalom Aleichem, dekat Kedutaan Besar Amerika, sehingga menimbulkan ledakan dahsyat.

Al Mayadeen melaporkan ledakan semacam ini adalah yang pertama dan belum pernah terjadi dalam sejarah pendudukan Israel.

Juru Bicara Militer Israel membenarkan adanya ledakan di pusat kota Tel Aviv.

"Ledakan itu terjadi pada Jumat dini hari di Tel Aviv akibat serangan udara," kata Jubir Militer Israel, dilansir Anadolu Ajansi.

"Sirene tidak mendeteksi adanya serangan udara itu dan insiden ini sedang diselidiki," imbuh dia.

Baca juga: Israel Siaga Tinggi usai Drone Meledak di Tel Aviv, Netanyahu Disebut Batalkan Jadwal ke AS

Dalam ledakan di Tel Aviv akibat serangan drone, satu orang tewas dan 10 lainnya terluka.

Buntut adanya ledakan itu, surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, mengatakan Israel saat ini sedang dalam status "siaga tinggi".

Terpisah, kelompok Houthi di Yaman mengonfirmasi drone yang menghantam Tel Aviv adalah milik mereka.

Juru Bicara Houthi, Yahya Saree, mengatakan pihaknya menggunakan drone Yafa.

Nama drone itu diambil dari nama kota Palestina yang diduduki oleh Israel yang merupakan bagian dari Tel Aviv.

"Angkatan Udara kami melakukan operasi militer menggunakan drone di Tel Aviv," kata Saree, Jumat.

Ia mengklaim operasi itu "menyerang target penting di wilayah Tel Aviv."

"Drone ini dirancang dengan tujuan khusus supaya bisa menghindari radar musuh," imbuhnya.

Houthi sendiri telah mendeklarasikan wilayah Tel Aviv sebagai "wilayah tak aman".

Karena itu, Tel Aviv "akan menjadi target utama" bagi senjata-senjata Houthi.

Serangan drone itu merupakan serangan pertama Houthi yang menargetkan Tel Aviv.

Sebagian besar serangan Houthi sebelumnya hanya menyasar kota pesisir Eliat dan Haifa.

Houthi sendiri telah menargetkan kapal-kapal yang dimiliki, berbendera, dioperasikan oleh Israel, atau menuju ke pelabuhan-pelabuhan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden menggunakan rudal dan drone.

Aksi itu merupakan bentuk solidaritas terhadap Gaza, yang telah berada di bawah serangan gencar Israel sejak 7 Oktober tahun lalu.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas