Media Israel: Netanyahu Gelar Rapat Rahasia, Mau Pecat Yoav Gallant Tapi Takut Didemo Besar-besaran
Friksi di internal pemerintahan Israel kian meruncing saat Perang Gaza memasuki bulan ke-10. Netanyahu mau pecat Yoav Gallant tapi takut
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Media Israel: Netanyahu Gelar Rapat Rahasia, Mau Pecat Yoav Gallant Tapi Takut Didemo Besar-besaran
TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Israel Hayom memberitakan seputar friksi yang terjadi di pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang makin meruncing saat Perang Gaza memasuki bulan ke-10.
Dilaporkan, Netanyahu sedang mempertimbangkan memecat Menteri Pertahanan Yoav Galant, namun dia tidak berani mengambil langkah tersebut karena takut kembali terjadi gelombang demonstrasi besar-besaran.
Baca juga: Jumlah Petempur Hamas vs Tentara Israel 1:20, Pakar Militer: Bukan Soal Banyak, IDF Gak Bisa Perang
Surat kabar Israel itu menambahkan, dengan mengutip sumber, bahwa Netanyahu baru-baru ini mengadakan konsultasi rahasia yang membahas pemecatan Menteri Gallant dari pemerintahan.
Beberapa hari lalu, Galant menuduh Perdana Menteri Netanyahu semakin mempersulit upaya mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata dengan gerakan pembebasan Palestina di Gaza, Hamas, meski kondisinya sudah “matang”.
Dalam pembicaraan tertutup, Gallant mengatakan, “Jika perjanjian tidak ditandatangani dalam dua minggu ke depan, nasib para sandera akan diputuskan,” seraya menekankan bahwa Netanyahu meningkatkan kesulitan itu agar tidak kehilangan anggota koalisi (pemerintah) Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, yang mengancam akan menggulingkan pemerintah jika mencapai kesepakatan dengan Hamas.
Baca juga: Perang Para Jenderal di Tentara Israel Mulai Terungkap, Herzi Halevi Mengadu ke Tembok Ratapan
Sementara itu, situs web Walla mengutip sumber yang mengatakan kalau Kepala Staf Herzi Halevi mengatakan, dalam pertemuan yang diadakan oleh Netanyahu, bahwa kesepakatan pertukaran harus dicapai sekarang.
Situs web Israel tersebut menambahkan kalau Netanyahu memutuskan untuk mengakhiri pertemuan setengah jam setelah pernyataan Halevi.
Menurut Channel 12 Israel, Halevi sebelumnya meminta Netanyahu untuk meminta maaf atas pernyataan “berbahaya” yang merekomendasikan agar tentara Israel menolak melanjutkan tekanan militer terhadap Gerakan Perlawanan Hamas, yang ditolak Netanyahu.
Baca juga: Jenderal IDF Bongkar Aib Panglima Perang Israel: Tumpuk Senjata Tak Berguna, Pangkalan Udara Rentan
Dalam beberapa minggu terakhir, intensitas perselisihan dan saling tuduh antara Perdana Menteri dan para pemimpin sistem keamanan Israel mengenai perjanjian pertukaran tahanan dengan Hamas semakin meningkat.
Sumber-sumber Israel melaporkan bahwa Netanyahu menuduh para pemimpin lembaga keamanan menerapkan sanksi Amerika Serikat seperti usulan Presiden Joe Biden tentang dirinya.
Baca juga: Pakar Militer: Jeda Pertempuran Indikasikan Jenderal Israel Mulai Mbalelo, Siap-siap Resign Massal
Dalam beberapa pekan terakhir, gelombang demonstrasi besar terjadi di Israel yang menuntut pemerintah mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza.
Dengan dukungan Amerika, Israel melancarkan agresi dahsyat terhadap Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan lebih dari 128.000 orang Palestina menjadi korban meninggal dan luka-luka.
Sebagian besar dari mereka dilaporkan adalah anak-anak dan wanita, serta lebih dari 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut banyak nyawa puluhan anak.
(oln/khbrn/*)