Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

Koryoin, etnis Korea yang bermigrasi ke Rusia pada abad ke-19 dan 'sambutan dingin' warga Korsel

Etnis Korea yang leluhurnya bermigrasi ke Rusia lebih dari 100 tahun lalu kini kembali ke Korea Selatan, namun perpindahan tersebut…

zoom-in Koryoin, etnis Korea yang bermigrasi ke Rusia pada abad ke-19 dan 'sambutan dingin' warga Korsel
BBC Indonesia
Koryoin, etnis Korea yang bermigrasi ke Rusia pada abad ke-19 dan 'sambutan dingin' warga Korsel 

“Tanpa Koryoin, pabrik-pabrik ini tidak akan berjalan,” kata Lee, seorang perekrut yang meminta disebutkan nama belakangnya.

Sebagian besar pekerja migran lainnya, yang bukan etnis Korea, memegang visa kerja jangka pendek. Mereka hanya diperbolehkan untuk tinggal selama empat tahun 10 bulan.

Untuk memperbarui visa, mereka harus kembali ke negara asalnya dan tinggal di sana setidaknya selama enam bulan.

Namun warga Koryoin dapat memperpanjang masa tinggal mereka di Korea setiap tiga tahun tanpa harus meninggalkan negara tersebut.

Segregasi di sekolah dan masyarakat

Koryoin juga menetap di kota industri lainnya, seperti Gwangju dan Incheon. Namun seperti yang terjadi di Asan dan SD Dunpo, kebijakan imigrasi bisa jadi tantangan tersendiri.

“Anak-anak Korea hanya bermain dengan orang Korea dan anak-anak Rusia hanya bermain dengan [orang] Rusia karena mereka tidak dapat berkomunikasi,” kata Kim Bobby, siswa berusia 12 tahun.

Yana sependapat, seraya menambahkan bahwa mereka sering bertengkar karena tidak bisa berkomunikasi.

BERITA TERKAIT

Dalam upaya untuk mengatasi kendala bahasa, SD Dunpo menyelenggarakan kelas bahasa Korea selama dua jam untuk murid asing setiap hari. Namun demikian, guru Kim Eun-ju mengutarakan kekhawatirannya.

“Saya yakin banyak anak yang sulit memahami pelajaran ketika mereka naik tingkat,” katanya.

Kelas-kelas lain diajarkan dalam bahasa Korea, dan Yana mengatakan bahwa “waktu berlalu dengan cepat” karena begitu banyak murid yang membutuhkan pelajaran untuk ditafsirkan.

Tingkat persaingan akademis di Korea Selatan terkenal tinggi dan sekolah ini kehilangan siswa lokalnya, karena para orang tua khawatir terhadap pendidikan anak-anak mereka.

“Saya agak khawatir saat memindahkan putri saya ke sekolah ini,” kata Park Hana, yang keluarganya berasal dari Asan.

Dia mendaftarkan putrinya yang berusia delapan tahun di Dunpo tahun lalu.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas