Forbes: Perang Besar akan Pecah di Timur Tengah, Israel Vs Iran-Hizbullah, Rusia Bakal Terlibat
Forbes menulis, perang besar akan terjadi di Timur Tengah antara Israel di satu sisi dan Hizbullah dan Iran di sisi lain, dan mungkin termasuk Rusia
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Dia mengatakan perang di tanah Palestina itu telah merenggut 40.000 nyawa Palestina dan melukai 90.000 lainnya.
Bahkan, dia menyebut jumlah korban tewas di Gaza selama 10 bulan lebih banyak daripada jumlah korban dalam krisis Ukraina selama 10 tahun sejak tahun 2014.
Di samping itu, perang di Gaza juga menewaskan hampir 300 staf PBB dan anggota organisasi HAM. Kata dia, jumlah itu adalah yang terbanyak dalam sejarah.
"Jika AS berhenti membantu Israel, banjir darah itu akan berakhir," katanya, dikutip dari Russia Today.
"Tetapi AS tidak ingin atau tidak bisa melakukannya."
Pejabat Rusia tersebut mengatakan situasi seperti itu menunjukkan bahwa AS lebih mementingkan urusan pilpres daripada menyelamatkan nyawa banyak orang.
Lavrov berujar AS meredam semua imbauan gencatan sejata di Gaza di level PBB. AS juga meminta DK PBB untuk berhenti mengurusi persoalan Gaza.
Baca juga: Pelanggaran Israel di Gaza Disorot saat Menlu Rusia Pimpin Pertemuan Dewan Keamanan PBB
Di sisi lain, Rusia mendukung gencatan senjata yang akan memungkinkan pembebasan 120 warga Israel yang disandera dan 9.500 warga Palestina yang ditahan sejak 7 Oktober 2023.
Rusia turut mendukung adanya akses bantuan kemanusiaan bagi setiap orang yang membutuhkan.
Negara yang dipimpin Vladimir Putin itu meyakini hal-hal di atas beserta penghentian perluasan pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat akan menjadi syarat yang diperlukan untuk melanjutkan pembicaraan perdamaian antara Israel-Palestina.
Lavrov menyebut Rusia juga sadar akan "kontak di balik layar" yang bertujuan untuk menentukan masa depan Gaza dan negara Palestina tanpa partisipasi rakyat dan pihak berwenang di Palestina.
"Kawasan Timur Tengah kini menghadapi risiko keamanan dan kesejahteraan rakyatnya, yang belum pernah terjadi sebelumnya karena konflik di Gaza," kata Lavrov.
Menurut Lavrov, konflik itu berisiko menyebar ke luar Israel dan Palestina.
Rusia mengkritik DK PBB
Dalam kesempatan yang sama Lavrov turut mengkritik DK PBB. Dia menyebut resolusi DK PBB gagal menghentikan banjir darah di Gaza.