7 Klaim Benjamin Netanyahu di Kongres AS: Fakta atau Kebohongan?
Apa saja klaim yang diucapkan Netanyahu selama pidato di Kongress? Apakah klaimnya benar atau hanya sebuah kebohongan belaka?
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato di Sidang Gabungan Kongres Amerika Serikat (AS) pada Rabu (24/7/2024) sore waktu setempat.
Ia berdiri di podium, berpidato tentang perang Israel, yang dilancarkan pada 7 Oktober 2023.
Netanyahu menyampaian pembelaan atas perang yang telah merenggut 39.000 nyawa warga Palestina hingga rencana pasca-perang untuk Gaza.
Sementara itu, di luar Kongres, para pengunjuk rasa menuntut agar Netanyahu dihukum atas pelanggaran kejahatan perang.
Lalu, apa saja klaim yang diucapkan Netanyahu selama pidatonya?
Apakah klaimnya benar atau hanya sebuah kebohongan belaka?
1. Situasi di Rafah
Netanyahu berkata: "Ingat apa yang dikatakan banyak orang?"
"Jika Israel memasuki Rafah akan ada ribuan bahkan mungkin puluhan ribu warga sipil yang terbunuh,"
"Nah, minggu lalu, saya memasuki Rafah. Saya mengunjungi pasukan kami saat mereka selesai bertempur melawan batalion teroris Hamas yang tersisa,"
"Saya bertanya kepada komandan di sana, 'Berapa banyak teroris yang Anda basmi di Rafah?'. Dia memberi saya angka pastinya: 1.203,"
"Saya bertanya kepadanya, 'Berapa banyak warga sipil yang terbunuh?'. Dia berkata, “Perdana Menteri, hampir tidak ada. Kecuali satu insiden, di mana pecahan bom menghantam depot senjata Hamas dan secara tidak sengaja menewaskan dua lusin orang, jawabannya hampir tidak ada'," papar Netanyahu.
Baca juga: Kamala Harris Usai Bertemu Netanyahu: Desak untuk Segera Capai Kesepakatan Gencatan Senjata
Fakta: Setidaknya 45 orang, termasuk anak-anak, tewas hanya dalam satu serangan ketika Israel menembakkan rudal ke sebuah kamp yang menampung warga Palestina yang mengungsi di kota Gaza selatan pada akhir Mei.
Ketika pemandangan mengerikan dari pembantaian itu muncul, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Rafah seperti "neraka di Bumi".
Saat itu, mayoritas dari 2,3 juta penduduk Gaza telah memadati kota dan daerah sekitarnya setelah melarikan diri dari bagian lain daerah kantong itu karena perang dan perintah Israel untuk mengungsi.