Netanyahu Gelar Rapat usai Israel Serang Hizbullah di Beirut Lebanon
Perdana Menteri Israel Netanyahu dan pejabat keamanan menggelar rapat setelah Israel menyerang Hizbullah di Beirut, Lebanon pada Selasa malam.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan menilai situasi dengan pejabat senior keamanan, dengan latar belakang upaya pembunuhan salah satu komandan Hizbullah, Fuad Shukr, di ibu kota Lebanon, Beirut pada Selasa (30/7/2024) malam.
Tentara Israel mengklaim berhasil membunuh Fuad Shukr, namun Hizbullah belum memberikan komentar terkait klaim tersebut.
Beberapa sumber keamanan Lebanon mengatakan Fuad Shukr berhasil selamat dari serangan itu.
“Pada pukul 22.00, Netanyahu melakukan penilaian situasi dengan pejabat keamanan senior di pangkalan Kirya (markas besar Kementerian Pertahanan) di Tel Aviv," lapor Yedioth Ahronoth, Selasa.
"Hal ini terjadi setelah percobaan pembunuhan terhadap pemimpin Hizbullah, Fuad Shukr, yang dikenal sebagai Hajj Mohsen," lanjutnya.
Yedioth Ahronoth mengatakan Netanyahu berada di kantornya selama pemboman di daerah Haret Hreik dekat Rumah Sakit Bahman yang terletak di pinggiran selatan Beirut.
Sementara itu, Israel memperkirakan serangan terhadap Beirut akan memicu respons besar dari Hizbullah, menurut Radio Tentara Israel.
Militer Israel mengatakan serangan itu adalah balasan terhadap insiden jatuhnya rudal di lapangan bola di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan (Suriah) yang diduduki Israel, pada Sabtu (27/7/2024) petang.
Insiden tersebut membunuh 12 orang dari sekte Druze, termasuk anak-anak, dan melukai lebih dari 40 orang.
Israel menuduh rudal itu milik Hizbullah yang diluncurkan dari Lebanon, sementara Hizbullah membantah tuduhan itu dengan mengatakan mereka tidak pernah menargetkan Majdal Shams.
Sementara itu, orang-orang Druze Suriah yang tinggal di Majdal Shams berpendapat bahwa Israel adalah dalang di balik insiden jatuhnya rudal, namun Israel menuduhkannya kepada Hizbullah.
Baca juga: Perdana Menteri Lebanon Marah setelah Israel Ngebom Beirut dan Targetkan Hizbullah
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.
Sementara itu, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.400 jiwa dan 90.996 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (30/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel