Antisipasi Serangan Iran ke Israel, AS Mulai Siagakan 12 Kapal Perang di Wilayah Timur Tengah
AS mengerahkan 12 kapal perang ke kawasan Timur Tengah menyusul ancaman pemerintah Iran yang akan melakukan serangan balasan ke Israel.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM – Militer Amerika Serikat (AS) mulai turun tangan, mengerahkan 12 kapal perang ke kawasan Timur Tengah menyusul ancaman pemerintah Iran yang akan melakukan serangan balasan ke Israel.
Adapun serangan balasan ini dilontarkan Iran pasca Israel dituding jadi dalang pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran dan kepala militer Hizbullah Fuad Shukr.
“Departemen Pertahanan AS telah mengirim 12 kapal perang ke Timur Tengah, Teluk Persia, dan Laut Mediterania di tengah serangan Israel terhadap Beirut dan Teheran,” ujar laporan seorang pejabat pertahanan yang tidak disebutkan namanya.
Menurut informasi dari Washington Post yang dikutip TASS, belasan kapal tempur yang dikirimkan AS untuk menjaga Israel di antaranya ada kapal USS Theodore Roosevelt dan enam kapal perusak yang ditempatkan di Teluk Persia.
Kemudian ada pula tiga kapal pendarat dan dua kapal perusak dilengkapi dengan 4.000 marinir dan pelaut yang disiagakan di kawasan Laut Mediterania bagian timur.
Khamenei Perintahkan Iran Serang Israel
Adapun langkah ini dilakukan AS tepat setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melakukan percakapan telepon dengan para pemimpin di seluruh Timur Tengah, dalam upaya menyelamatkan Israel dari pembalasan Iran dan Hizbullah.
Mengingat beberapa hari lalu Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah memerintahkan pasukannya untuk menyerang Israel secara langsung.
Khamenei memberikan perintah tersebut pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
"Anda telah membunuh tamu kami yang terhormat di rumah kami dan sekarang telah membuka jalan bagi hukuman berat Anda," ujar Khamenei, disiarkan oleh kantor berita resmi IRNA.
Baca juga: Respons Serangan Israel di Beirut, Kemlu Imbau WNI Pertimbangkan Tinggalkan Lebanon Secara Mandiri
Diketahui sebelumnya, Ismail Haniyeh yang dikenal sebagai pimpinan tertinggi Hamas dilaporkan tewas dalam serangan udara tepat setelah Ia menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Haniyeh tewas bersama seorang pengawalnya saat dini hari, pukul 2 pagi waktu setempat lantaran diserang menggunakan proyektil berpemandu udara.
Tidak ada seorangpun yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu, tetapi Iran dan Hamas menuduh Israel sebagai dalang utama atas pembunuhan tersebut.
Putra Haniyeh Tegaskan Bakal Terus Lawan Israel
Ancaman tak hanya dilontarkan oleh pemerintah Iran, militan sayap kanan Hamas juga menegaskan, pembunuhan sang pemimpin tidak akan mengakhiri perlawanan Palestina terhadap Israel.
“Perlawanan tidak akan berakhir dengan pembunuhan pemimpinnya, dan Hamas akan terus melakukan perlawanan sampai pembebasan,” tegas Putra Haniyeh, Abdul Salam Ismail Haniyeh.
Senada dengan Abdul Salam Ismail, Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri menegaskan, pasukannya bakal melakukan perang terbuka melawan Israel sampai tujuannya tercapai.
Adapun tujuan akhir Hamas yakni membebaskan Yerusalem dari campur tangan Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netanyahu.
"Kami melancarkan perang terbuka untuk membebaskan Yerusalem dan siap membayar harga berapa pun," kata Zuhri
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)