Pembunuhan Pemimpin Hamas di Teheran, Terindikasi Ada Penyusupan Agen Israel di Intelijen Iran
Muncul seruan pembersihan di badan-badan keamanan dan intelijen Iran dari infiltrasi agen Israel pasca terbunuhnya Ismail Haniyeh
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Pembunuhan Pemimpin Hamas di Teheran, Indikasi Ada Penyusupan Agen Israel di Intelijen Iran
TRIBUNNEWS.COM - Pembunuhan mengejutkan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di jantung ibu kota Iran dilaporkan telah memicu spekulasi dan peringatan tentang kelemahan serius dan “infiltrasi Israel” dalam badan intelijen dan keamanan Iran.
Maryam SinaeeJurnalis dan analis politik Inggris-Iran melaporkan, para kritikus mengatakan kelemahan ini memungkinkan jaringan intelijen rumit yang terdiri dari penyusup di tingkat tertinggi badan keamanan Iran untuk memberikan informasi penting kepada Israel guna memungkinkan operasi rumit berskala sebesar ini.
Baca juga: Bagaimana dan Kapan Iran akan Membalas Israel Atas Pembunuhan Haniyeh? Paling Cepat Akhir Pekan Ini
Israel belum mengakui bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh tetapi Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei yang menganggap Israel bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut telah bersumpah untuk membalasnya.
Surat kabar konservatif Iran, Jomhouri Eslami pada Kamis (1/8/2024) mengkritik pihak berwenang Iran karena tidak mengindahkan banyak peringatan tentang infiltrasi Israel setelah sejumlah pembunuhan lainnya oleh Israel seperti pembunuhan pejabat nuklir senior Iran dan anggota Garda Revolusi (IRGC) Mohsen Fakhrizadehnear di Teheran pada bulan November 2020.
“Fakta bahwa rezim Zionis dapat menembakkan roketnya melalui jendela kamar tidur Ismail Haniyeh di kawasan Teheran yang dijaga ketat dan membunuhnya hanya berarti bahwa rezim kriminal ini punya penyusup di antara kita,” tulis Jomhouri Eslami.
“Yang lebih penting daripada membalas dendam adalah memblokir jalur penetrasi musuh melalui udara dan darat serta mengidentifikasi dan menghukum agen mereka,” kata surat kabar itu.
Jomhouri Eslami juga mengingatkan pihak berwenang Iran mengenai kasus historis Eli Cohen, seorang mata-mata Israel yang menyusup ke jajaran tertinggi militer dan pemerintah Suriah pada tahun 1960-an.
Surat kabar ini juga menyerukan “pembersihan mendasar di badan intelijen dan keamanan”.
Mansour Haqiqatpour, mantan juru bicara Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran juga mengkritik badan keamanan dan intelijen Iran dalam wawancara dengan situs web berita Rouydad 24 pada Rabu (31/7/2024).
“Keputusan harus diambil terkait beberapa pejabat politik, militer, dan keamanan kita yang harus dipecat karena insiden ini,” kata Haqiqatpour, seorang jenderal IRGC yang menjabat sebagai wakil regional Qasem Soleimani di Pasukan Quds selama lebih dari satu dekade, kepada Rouydad 24.
Jalal Sadatian, mantan duta besar Iran untuk Inggris, juga memperingatkan tentang kemungkinan penyusupan.
"Kami telah digigit oleh [ular yang merangkak keluar dari] lubang ini berkali-kali seperti dalam pembunuhan ilmuwan nuklir dan tokoh lainnya," katanya kepada Kantor Berita Buruh Iran (ILNA) pada Rabu.
Israel telah disalahkan atas pembunuhan sedikitnya lima ilmuwan nuklir Iran di dan sekitar Teheran sejak 2010 serta beberapa serangan sabotase terhadap fasilitas nuklir negara itu.
Dalam wawancara dengan Channel 12 TV Israel pada bulan Juni 2021, mantan kepala Mossad Yosef 'Yossi' Cohen menyatakan bahwa Israel berada di balik pembunuhan Fakhrizadeh dan serangan 11 April 2021 di pabrik pengayaan Natanz.
“Respon paling keras terhadap Israel [atas pembunuhan Haniyeh] adalah identifikasi dan netralisasi agen-agen yang telah menyusup ke dalam sistem hingga ke akar-akarnya,” kata politisi reformis terkemuka Iran, Mohsen Mirdamadi yang juga secara sugestif menggunakan tagar “Eli Cohen” dalam cuitannya pada hari Kamis .
“Para penyusup adalah mereka yang seruan 'Matilah Israe'l sampai ke Tel Aviv,” tambahnya.
Pada tahun 2021, dalam sebuah wawancara dengan situs berita reformis Jamaran , mantan menteri intelijen Ali Younesi mengatakan semua pejabat Iran berisiko dibunuh oleh Mossad.
Persaingan Antar-Badan Keamanan
Younesi yang bertugas di bawah Presiden reformis Mohammad Khatami dari Desember 2000 hingga Agustus 2005 menunjukkan bahwa persaingan antara Kementerian Intelijen Iran, Organisasi Intelijen Garda Revolusi (IRGC), dan badan keamanan lainnya telah melemahkan mereka.
"Organisasi paralel sibuk melawan orang dalam daripada memantau dan menghadapi penyusup," kata Younesi.
Video wawancara tersebut telah beredar luas di media sosial berbahasa Persia dan situs web berita sejak pengumuman pembunuhan Haniyeh.
Video wawancara masa lalu dengan mantan Presiden populis Iran Mahmoud Ahmadinejad pada tahun 2021 juga telah beredar luas di media sosial di mana ia memperingatkan tentang "geng korup di tingkat tinggi" badan intelijen Iran.
Ahmadinejad mengklaim dalam salah satu wawancaranya bahwa seorang pejabat tinggi kementerian intelijen selama masa jabatan kedua kepresidenannya yang bertanggung jawab atas Meja Israel, dieksekusi karena menjadi mata-mata untuk Israel.
“Siapa pun yang mengklaim bahwa infiltrasi Israel terbatas pada satu orang di kementerian intelijen ingin menyembunyikan keberadaan jaringan infiltrasi Israel di Iran,” kata Ahmadinejad.
(oln/irnintrl/*)