Takut Proksi Iran Balas Dendam, AS Kirim Banyak Kapal Perang dan Jet Tempur ke Timur Tengah
Amerika Serikat telah mengirimkan lebih banyak kapal perang dan jet tempur ke Timur Tengah untuk meningkatkan pertahanan menyusul ancaman dari Iran.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Kematian Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh membuat Amerika Serikat (AS) cemas.
Bagaimana tidak, proksi-proksi Iran seperti Hizbullah dan Hamas mengancam akan melancarkan serangan balas dendam.
Kini, AS tengah bersiap untuk menghadapi Iran yang memenuhi janjinya dalam menanggapi kematian Ismail Haniyeh.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin telah menyetujui pengiriman kapal penjelajah dan kapal perusak Angkatan Laut tambahan - yang dapat menembak jatuh rudal balistik - ke Timur Tengah dan Eropa.
Negara ini juga mengirim satu skuadron jet tempur tambahan ke Timur Tengah.
"Austin telah memerintahkan penyesuaian postur militer AS yang dirancang untuk meningkatkan perlindungan pasukan AS, untuk meningkatkan dukungan bagi pertahanan Israel, dan untuk memastikan Amerika Serikat siap menanggapi berbagai kemungkinan," kata Pentagon, dikutip dari Reuters.
Ada spekulasi Pentagon mungkin tidak akan mengganti kelompok penyerang kapal induk USS Theodore Roosevelt di Timur Tengah setelah menyelesaikan penempatannya yang sedang berlangsung.
Namun Austin memutuskan untuk merotasi kelompok penyerang kapal induk USS Abraham Lincoln untuk menggantikannya.
Pernyataan Pentagon menambahkan pihaknya akan meningkatkan kesiapan untuk menyebarkan lebih banyak pertahanan rudal balistik darat.
Militer AS juga mengintensifkan pengerahan pasukan sebelum 13 April, ketika Iran melancarkan serangan ke wilayah Israel dengan pesawat nirawak dan rudal.
Namun, ancaman dari Hizbullah di Lebanon dapat menghadirkan tantangan unik bagi segala upaya Amerika Serikat untuk mencegat pesawat nirawak dan rudal mengingat persenjataan kelompok itu yang sangat banyak dan kedekatannya dengan Israel.
Baca juga: Balas Dendam Iran Diprediksi akan Lebih Besar daripada Ratusan Rudal yang Ditembakkan pada 13 April
Pada saat itu, Israel berhasil menjatuhkan hampir semua dari sekitar 300 pesawat tak berawak dan rudal dengan bantuan Amerika Serikat dan sekutu lainnya.
Presiden Joe Biden, dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, membahas penempatan militer defensif baru AS untuk mendukung Israel melawan ancaman seperti rudal dan drone, kata Gedung Putih.
Iran dan Hamas sama-sama menuduh Israel melakukan pembunuhan tersebut dan berjanji akan membalas dendam terhadap musuh mereka.
Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas kematian tersebut atau pun membantahnya.
Kematian Haniyeh merupakan salah satu dari serangkaian pembunuhan tokoh senior Hamas saat perang di Gaza antara Hamas dan Israel mendekati bulan ke-11 dan berkembangnya kekhawatiran bahwa konflik tersebut menyebar ke seluruh Timur Tengah.
Sebelumnya, juru bicara Pentagon Sabrina Singh mengatakan AS tidak percaya eskalasi tidak dapat dihindari.
"Saya kira kami sudah menyampaikan pesan kami secara langsung bahwa kami tidak ingin melihat peningkatan ketegangan dan kami yakin ada jalan keluarnya, yaitu kesepakatan gencatan senjata," kata Singh.
Israel Ikut Cemas
Baca juga: Pembunuhan Pemimpin Hamas di Teheran, Terindikasi Ada Penyusupan Agen Israel di Intelijen Iran
Tak hanya Amerika Serikat, Israel pun ikut cemas dengan serangan balasan Iran setelah kematian Ismail Haniyeh.
Dewan Keamanan Nasional telah memperingatkan warga Israel agar tidak melakukan perjalanan ke sekitar 40 negara yang telah ditetapkan pada tingkat ancaman sedang atau tinggi.
Dikutip dari Times of Israel, Dewan Keamanan juga menyerukan kepada warga Israel di tempat lain untuk mengambil tindakan pencegahan ekstra, termasuk menghindari menampilkan identitas Israel atau Yahudi.
"Menyusul peristiwa baru-baru ini, Iran, Hizbullah, dan Hamas (bersama dengan faksi lainnya) telah menyatakan niat mereka untuk membalas dendam atas kematian pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan kepala unit strategis Hizbullah, Fuad Shukr," kata dewan tersebut.
Israel membunuh Shukr pada hari Selasa, beberapa hari setelah serangan roket Hizbullah menewaskan 12 orang muda di Kota Druze Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan.
Baca juga: Buntut Perang Iran–Israel, Maskapai Top Dunia Batalkan Penerbangan Ke Tel Aviv
Kematian Haniyeh, yang terjadi beberapa jam kemudian di Teheran, secara luas dikaitkan dengan Israel juga, meskipun Israel belum mengklaim bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
"Ada kemungkinan bahwa (Iran dan proksinya) akan membalas terhadap target-target Israel/Yahudi di luar negeri, seperti kedutaan besar, sinagog, pusat-pusat komunitas Yahudi, dan lain-lain," tulis pernyataan Dewan Keamanan Nasional Israel.
Dewan Keamanan juga mencatat institusi-institusi seperti “rumah-rumah Chabad, restoran-restoran kosher, dan bisnis-bisnis Israel” adalah “target-target pilihan bagi kelompok-kelompok tersebut”.
"Selain itu, ada kekhawatiran yang meningkat bahwa eskalasi ini akan meningkatkan motivasi di antara organisasi-organisasi Jihad global dan teroris lone wolf untuk menyerang warga Israel di berbagai negara di seluruh dunia," lanjutnya.
Dewan tersebut menyarankan agar warga Israel yang berencana mengunjungi negara-negara dengan peringatan perjalanan level 3 atau 4 “mempertimbangkan kembali dengan serius” rencana mereka, sementara warga Israel di “semua tujuan lain” berhati-hati.
(Tribunnews.com/Whiesa)