Israel Jalankan Kebijakan Penyiksaan, Tahanan Palestina Jadi Sasaran Kekerasan dan Pelecehan Seksual
Tahanan Palestina menjadi sasaran berbagai tindakan, mulai dari kekerasan sewenang-wenang hingga pelecehan seksual.
Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
Kelompok yang sangat dihormati yang bermarkas di Yerusalem itu menyimpulkan penjara-penjara Israel sekarang harus diberi label "kamp penyiksaan".
"Ketika kami memulai proyek ini, kami pikir kami akan menemukan bukti-bukti sporadis dan kasus-kasus ekstrem di sana-sini, tetapi gambaran yang muncul benar-benar berbeda," kata Yuli Novak, direktur eksekutif organisasi tersebut, dikutip dari The Guardian.
"Kami terkejut dengan skala dari apa yang kami dengar. Sebagai organisasi Israel-Palestina, rasanya tidak nyaman untuk mengatakan bahwa Israel menjalankan kamp penyiksaan."
"Namun, kami menyadari bahwa itulah yang sedang kami lihat," jelasnya.
Di sisi lain, Dinas Penjara Israel (IPS) mengatakan, mereka beroperasi sesuai hukum dan di bawah pengawasan pengawas keuangan negara.
"Kami tidak mengetahui klaim yang Anda jelaskan dan sejauh yang kami ketahui, tidak ada kejadian seperti itu yang terjadi di bawah tanggung jawab IPS," katanya dalam sebuah pernyataan.
IPS juga mengklaim, beberapa petisi mengenai kondisi penjara yang diajukan oleh organisasi hak asasi manusia telah ditolak oleh mahkamah agung.
IDF mengatakan, mereka "menolak mentah-mentah tuduhan mengenai penyiksaan sistematis terhadap tahanan di fasilitas penahanan" dan bertindak "sesuai dengan hukum Israel dan hukum internasional".
Baca juga: Dapat Informasi Iran Serang Israel Minggu Ini, Jerman Sigap Siapkan Evakuasi Massal di Timur Tengah
Tuduhan penyiksaan telah diperiksa secara menyeluruh, kata sebuah pernyataan.
Kondisi tahanan juga disebut telah membaik secara signifikan selama perang.
Sebelumnya, telah terjadi banyak laporan mengenai perlakuan sewenang-wenang, kejam, dan merendahkan martabat terhadap tahanan Palestina sejak serangan 7 Oktober.
Dunia luar dapat melihat sekilas kondisi di dalam penjara, karena Israel telah menolak akses bagi pengacara, anggota keluarga, dan inspektur Palang Merah.
Kemudian, tuduhan pelecehan tahanan telah muncul berulang kali selama perang di Gaza.
Hal ini menambah tekanan internasional yang meningkat terhadap Israel atas perilakunya dalam perang yang telah berlangsung selama 10 bulan.