Tanggapi Rontoknya Bursa Saham AS, Donald Trump: Ini 'Kamala Crash' Namanya
Dalam serangkaian unggahan di Truth Social, Trump memanggil fenomena anjloknya bursa saham ini sebagai "Kamala Crash".
Penulis: Bobby W
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS) yang terjun bebas pada awal pekan ini tengah menjadi sorotan banyak pihak.
Menurunnya hampir semua saham di bursa AS ini ditengarai laporan resesi ekonomi di AS yang memicu efek domino anjloknya pasar di seluruh dunia.
Seperti yang dikabarkan sebelumnya, indikasi resesi ini menguat setelah pemerintah AS pada Jumat (2/8/2024) membagikan laporan anjloknya lapangan pekerjaan di Amerika menyusul tren PHK massal yang masih terus berlangsung.
Laporan mengecewakan ini juga memicu ketakutan pasar yang menilai bahwa Bank Sentral AS (The Fed) tidak bertindak cukup cepat untuk menurunkan suku bunga.
Menanggapi kabar tersebut, Donald Trump pun menuding pemerintahan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai biang kerok merosotnya ekonomi dunia.
Karena situasi ekonomi yang buruk tersebut, Trump mengistilahkan fenomena ini dengan nama sosok rivalnya di Pilpres AS yakni Kamala Harris
Dalam serangkaian unggahan di Truth Social, Trump memanggil fenomena anjloknya bursa saham ini sebagai "Kamala Crash".
"Tentu saja pasar dunia saat ini mengalami penurunan besar. Kamala (Harris) membuktikan ia lebih buruk daripada Joe (Biden) si tua bangka," buka Trump dalam unggahannya pada Senin (5/8/2024) waktu setempat.
"Pasar TIDAK AKAN PERNAH menerima kepemimpinan dari sayap kiri radikal yang gila, mereka telah MENGHANCURKAN San Francisco dan California secara keseluruhan. Langkah selanjutnya, DEPRESI HEBAT 2024! Anda tidak bisa bermain-main dengan PASAR. KAMALA CRASH!!!" cuit Trump melalui Truth Social.
Bagi pemerintah AS, merosotnya bursa saham kali ini sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi.
Hal ini terindikasi dalam performa buruk S&P 500 turun 3,1 persen pada perdagangan Senin berada di jalur hari terburuknya dalam hampir dua tahun terakhir.
Baca juga: Respons Donald Trump saat Kamala Harris akan Pilih Kandidat Cawapres, JD Vance Tidak Peduli
Fenomena tak jauh beda juga terjadi di Dow Jones yang turun 1.092 poin, atau 2,7 persen, pada pukul 10:40 pagi waktu setempat.
Sementara itu di Nasdaq, fenomena anjloknya saham didominasi oleh sektor teknologi yang turun hingga 6,2 persen,
Fenomena merosotnya bursa AS ini ikut merembet ke Asia di mana bursa Jepang (Nikkei) merosot 12,4 persen dan menyamai rekor terburuknya sejak krisis Black Monday pada tahun 1987.
“AS adalah lokomotif dari kereta ekonomi global dan kekhawatiran yang meningkat tentang perlambatan, atau kemungkinan resesi, membuat pasar di seluruh dunia mengalami keguncangan,” tulis Greg McBride, analis keuangan utama di Bankrate, dalam analisisnya pada hari Senin.
Pasar global telah mengalami penurunan sejak Jumat setelah laporan pekerjaan federal untuk bulan Juli menunjukkan hasil yang jauh lebih lemah dari yang diharapkan.
AS menambah 114.000 pekerjaan pada bulan Juli dan tingkat pengangguran naik menjadi 4,3 persen, menurut Departemen Tenaga Kerja.
Laporan ini jauh dari proyeksi 175.000 pekerjaan baru dan tingkat pengangguran 4,1 persen yang diharapkan oleh para ekonom.
Laporan pekerjaan bulan Juli juga mengikuti serangkaian laporan pendapatan kuartal kedua yang mengecewakan dari perusahaan-perusahaan besar, termasuk pembuat chip Intel, yang mengumumkan rencana untuk mengurangi sebagian besar tenaga kerjanya.
(Tribunnews.com/Bobby)