Hamas Tunjuk Yahya Sinwar Gantikan Ismail Haniyeh, Dijuluki 'Si Penjagal' dari Gaza oleh Israel
Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin Hamas menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh di Teheran Iran.
Penulis: Hasanudin Aco
Yahya Sinwar yang memiliki rambut seputih salju dan alis hitam merupakan pemimpin sayap politik Hamas di Gaza.
Yahya bersama sejumlah orang lainnya dianggap bertanggung jawab atas serangan pada 7 Oktober di wilayah selatan Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan lebih dari 200 orang diculik.
“Yahya Sinwar adalah komandannya dan dia akan habis,” kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari pada awal Oktober.
“Serangan keji ini diputuskan oleh Yahya Sinwar,” kata Kepala Staf IDF Herzi Halexi.
Israel sebut Sinwar adalah orang kedua setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang kini bermukim di Qatar.
Israel juga yakni saat ini Sinwar telah terpojok, bersembunyi di terowongan bawah tanah di suatu tempat di Gaza bersama pengawalnya dan tidak berkomunikasi dengan siapa pun karena khawatir akan terlacak dan ditemukan.
Kemunculan dan penangkapan Sinwar
Sinwar, 61, yang dikenal dengan sapaan Abu Ibrahim lahir di kamp pengungsi Khan Younis di ujung selatan Jalur Gaza.
Orang tuanya berasal dari Ashkelon namun dia menjadi pengungsi pasca-peristiwa “al-Naqba” (bencana), yang merujuk pada tersingkirnya warga Palestina dari tanah leluhur mereka dalam perang usai negara Israel dibentuk pada 1948.
Dia menempuh pendidikan di sekolah menengah untuk laki-laki di Khan Younis, lalu menjadi sarjana bahasa Arab dari Universitas Islam Gaza.
Pada masa itu, Khan Younis adalah “benteng” dukungan bagi Ikhwanul Muslimin, kata peneliti dari Washington Institute for Near East Policy, Ehud Yaari, yang pernah mewawancarai Sinwar di penjara sebanyak empat kali.
Menurut Yaari, Ikhwanul Muslimin “merupakan gerakan besar-besaran bagi generasi muda yang pergi ke masjid-masjid di tengah kemiskinan di kamp pengungsi”. Ini nantinya juga berpengaruh penting bagi Hamas.
Sinwar pertama kali ditangkap oleh Israel karena "aktivitas Islami" pada tahun 1982, ketika dia masih berusia 19 tahun.
Dia kemudian ditangkap lagi pada tahun 1985. Pada saat itulah dia dipercaya oleh pendiri Hamas berkursi roda, Sheikh Ahmed Yassin.
Keduanya menjadi “sangat, sangat dekat”, kata peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv, Kobi Michael.