Rusia Kirim Alutsista Canggih ke Iran, Joe Biden Kumpulkan Pejabat Keamanan di Situation Room
Presiden Biden dan Wakil Presiden Harris mengadakan pertemuan dengan pejabat keamanan nasional di Situation Room di Gedung Putih pada 4 Agustus 2024.
Penulis: Hasanudin Aco
Tempat ini dijalankan oleh sekitar 130 staf Dewan Keamanan Nasional.
Digunakan setiap saat oleh Presiden AS, kepala staf, penasihat keamanan nasional , penasihat keamanan dalam negeri , dan penasihat senior lainnya untuk memantau dan menangani krisis yang dianggap sangat urgen.
Situation Room memiliki peralatan komunikasi yang aman dan canggih bagi presiden untuk mempertahankan komando dan kendali pasukan AS di seluruh dunia.
Mantan Presiden AS Barack Obama pernah menggunakan Situation Room untuk memantau pembunuhan Osama bin Laden beberapa tahun lalu.
Agenda Pertemuan
Pertemuan tersebut berfokus pada perkembangan di Timur Tengah dan kekhawatiran mengenai konflik regional yang lebih besar.
Meski Israel tidak mengakui serangan di Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan "membalas dendam" terhadap Israel setelah kematian pemimpin Hamas tersebut.
Laporan Intelijen soal Serangan Iran ke Israel
Sementara itu, intelijen Amerika Serikat (AS) memperkirakan skenario yang melibatkan dua gelombang serangan terhadap Israel.
Portal Axios, yang berafiliasi ke pemerintah AS, mengutip pejabat berwenang di AS menjelaskan soal itu, Selasa (6/8/2024).
Informasi itu diperoleh dari sumber yang mengetahui isi pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris dengan tim keamanan nasional di Gedung Putih di Situation Room.
Intelijen AS melaporkan bahwa satu gelombang serangan diperkirakan akan datang dari Iran dan yang lainnya dari Hizbullah di Lebanon.
"Seorang pejabat AS mengatakan intelijen menunjukkan respons Iran dan Hizbullah masih merupakan pekerjaan yang sedang berlangsung dan keduanya belum memutuskan apa sebenarnya yang ingin mereka lakukan," tulis portal tersebut.
Seperti diketahui situasi di Timur Tengah meningkat tajam setelah Hamas memasuki wilayah Israel dari Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, disertai dengan pembunuhan penduduk pemukiman perbatasan dan penyanderaan.
Situasi meningkat drastis sekali lagi setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Hamas dan Hizbullah menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut dan memperingatkan aksi balasan untuk Israel.
Pihak berwenang Israel tidak mengomentari kematian Haniyeh.
Mengenai tewasnya Shukr, disebutkan bahwa hal itu merupakan balasan atas serangan penembakan di desa Druze Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang menewaskan 12 orang.
Namun, Hizbullah membantah keterlibatannya dalam insiden tersebut.