Yahya Sinwar Pemimpin Baru Hamas Gantikan Haniyeh, Menlu Israel Langsung Buat Seruan Penyingkiran
Yahya Sinwar diketahui berada di urutan teratas daftar orang yang akan dibunuh Israel.
Penulis: Nuryanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok militan Palestina Hamas mengatakan, mereka telah memilih Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru mereka, Selasa (6/8/2024).
Yahya Sinwar merupakan pejabat tinggi Hamas di Gaza yang mendalangi serangan 7 Oktober 2023 di Israel.
Pemilihan Yahya Sinwar, seorang tokoh tertutup yang memimpin kelompok garis keras Hamas dan dekat dengan Iran, merupakan langkah yang menantang.
Dikutip dari Arab News, Yahya Sinwar berada di urutan teratas daftar orang yang akan dibunuh Israel.
Pasalnya, Israel berusaha menghancurkan Hamas dan para pemimpinnya setelah serangan 7 Oktober di mana para militan menewaskan 1.200 orang di Israel selatan dan menyandera sekitar 250 orang.
Lantas, apa kata Israel soal penunjukan Yahya Sinwar?
Menteri luar negeri Israel, Israel Katz, menyerukan untuk "segera menyingkirkan" Yahya Sinwar, yang ditunjuk oleh Hamas sebagai pemimpin politik baru kelompok tersebut menggantikan Ismail Haniyeh yang terbunuh di Teheran minggu lalu.
"Pengangkatan Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas, menggantikan Ismail Haniyeh, adalah alasan kuat lainnya untuk segera melenyapkannya dan menyapu bersih organisasi keji ini dari muka Bumi," katanya dalam sebuah pernyataan, Selasa, seperti diberitakan Arab News.
Hamas Tak akan Akui Israel
Ismail Haniyeh terbunuh oleh "proyektil udara" di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024) sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.
Pengawal Ismail Haniyeh juga terbunuh.
Baca juga: Faksi-faksi Palestina Sambut Baik Yahya Sinwar Jadi Kepala Biro Politik Hamas
Ismail Haniyeh dibunuh pada hari pertama masa jabatan Presiden Iran Masaoud Pezeshkian.
Haniyeh melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri pelantikan Pezeshkian pada Selasa (30/7/2024).
Hamas menyalahkan Israel atas serangan yang menyebabkan tewasnya Ismail Haniyeh itu.
Kepala gerakan Hamas di luar negeri, Khaled Meshaal, menegaskan bahwa gerakan tersebut “tidak akan mengakui Israel”.
Hal itu disampaikannya dalam pidato pada upacara pemakaman kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan pengawalnya, Wassim Abu Shaaban, di Masjid Imam Muhammad Bin Abdul Wahhab di ibu kota Qatar, Doha.
Menurut Khaled Meshaal, pembunuhan terhadap salah satu Pemimpin Hamas, malah akan membuat rakyat Palestina lebih kuat.
“Membunuh salah satu pemimpin kami hanya akan membuat rakyat kami lebih kuat," ungkapnya, Jumat (2/8/2024), dilansir MEMO.
“Kami tidak akan berkompromi dengan prinsip-prinsip kami, dan kami juga tidak akan mengakui Israel."
"Rakyat kami akan tetap berkomitmen pada persatuan nasional kami dan akan mengikuti jalan jihad, perlawanan, dan pemulihan hak-hak kami," tegasnya.
Minggu lalu, Israel mengatakan telah mengonfirmasi kematian kepala sayap militer Hamas, Mohammed Deif, dalam serangan udara di Gaza pada bulan Juli.
Tidak seperti Haniyeh, yang telah tinggal di pengasingan di Qatar selama bertahun-tahun, Yahya Sinwar tetap tinggal di Gaza.
Baca juga: Menlu AS Komentari Yahya Sinwar Jadi Kepala Biro Politik Hamas, Gantikan Ismail Haniyeh
Sebagai pemimpin Hamas di wilayah tersebut sejak 2017, ia jarang muncul di depan umum, tetapi tetap memegang kendali ketat atas kekuasaan Hamas.
Dekat dengan Deif dan sayap bersenjata, yang dikenal sebagai Brigade Qassam, ia berupaya membangun kemampuan militer kelompok tersebut.
Update Perang Israel-Hamas
Koresponden Al Jazeera di lapangan melaporkan bahwa serangan udara Israel telah menghantam daerah tengah Jalur Gaza dan bagian timur Khan Younis di selatan dalam apa yang tampaknya menjadi konsentrasi serangan.
Setelah sehari di mana puluhan orang terbunuh di Gaza, tiga orang lagi tewas dan lebih dari 10 orang terluka dalam serangan Israel semalam yang menghancurkan dua rumah dan tenda yang menampung orang-orang terlantar di Deir el-Balah, Gaza tengah.
Hamas telah menunjuk pemimpinnya di Gaza, Yahya Sinwar, sebagai kepala politik baru gerakan tersebut untuk menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh di Teheran dalam serangan yang secara luas dikaitkan dengan Israel.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Israel tetap berkomitmen untuk membunuh Sinwar menyusul berita terpilihnya dia sebagai pemimpin baru biro politik Hamas.
Pejuang Hamas menargetkan tank-tank Israel di Kota Rafah selatan dengan roket dan bom saat pasukan Israel memusatkan serangan di Gaza tengah dan wilayah timur Khan Younis di selatan.
Di Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel membunuh seorang pria Palestina di dekat Tubas dan menembak serta melukai tiga pemuda Palestina selama serangan di kota Beit Furik, timur Nablus.
Baca juga: Yahya Sinwar Terpilih Sebagai Pemimpin Baru Hamas, Siapa Dia, dan Apa Artinya bagi Perjuangan Hamas?
Kanada akan mengevakuasi keluarga staf diplomatiknya di Israel, menurut media Israel, menjelang serangan balasan yang diperkirakan akan dilakukan oleh Iran dan kelompok sekutunya atas pembunuhan Haniyeh dari Hamas di Teheran dan Fuad Shukr dari Hizbullah di Beirut.
Presiden AS Joe Biden berbicara dengan mitranya dari Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani tentang upaya untuk meredakan ketegangan regional dan mengamankan gencatan senjata di Gaza.
Sebuah jajak pendapat oleh Chicago Council on Global Affairs menemukan bahwa mayoritas warga Amerika menentang pengiriman pasukan AS untuk membela Israel jika negara itu diserang oleh Iran.
Setidaknya 39.653 orang tewas dan 91.535 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober dan lebih dari 200 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)