Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

Masyarakat adat di Himalaya yang menyelamatkan populasi sapi gunung dari ancaman deforestasi dan perubahan iklim

Populasi mithun atau sering disebut sebagai sapi gunung di Himalaya terancam karena deforestasi dan perubahan iklim. Masyarakat adat…

zoom-in Masyarakat adat di Himalaya yang menyelamatkan populasi sapi gunung dari ancaman deforestasi dan perubahan iklim
BBC Indonesia
Masyarakat adat di Himalaya yang menyelamatkan populasi sapi gunung dari ancaman deforestasi dan perubahan iklim 

Bagi masyarakat adat Adi, mithun merupakan sesuatu yang sakral. Hal itu diutarakan oleh peneliti dari Universitas Ashoka, India, Abhishruti Sarma dalam buku Changing Affinities yang mengeksplorasi hubungan masyarakat adat dengan mithun.

“Bagi komunitas adat Adi di Arunachal Pradesh, keberadaan segala sesuatu di planet ini terkait dengan kelahiran mithun. Ketika mithun lahir, Dadi Bote (Dewa binatang) menjadi penjaganya juga,” kata Barun Taki, salah satu dari komunitas penggembala mithun.

“Dadi Bote membawa mithun ke dunia untuk kita. Sudah menjadi tugas kita untuk membesarkan dan merawat mereka,” kata Taki.

Dia juga menambahkan, bahwa selama festival Solung yang diadakan setiap bulan September di negara bagian Arunachal Pradesh, masyarakat berdoa kepada Dadi Bote untuk menambah jumlah mithun, melindungi mereka agar tidak terjatuh dari tepi tebing dan terhindar dari penyakit seperti penyakit mulut dan kuku.

Mithun yang telah digolongkan 'rentan' oleh International Union For Conservation of Nature (IUCN), tinggal di hutan dan daerah perbukitan yang dibelah sungai, kolam, dan danau, di ketinggian 6.000 meter dengan suhu berkisar antara 20-30 derajat celsius.

Moyong dan penggembala lainnya di timur laut India memelihara mithun di ekosistem yang menyatu dengan alam bebas, sehingga ternak dapat berkeliaran bebas di alam liar, tanpa pakan tambahan apa pun kecuali garam.

Meningkatnya suhu permukaan Bumi dan aktivitas manusia, seperti penebangan hutan dan penggundulan hutan, mulai mengancam habitat mithun dalam beberapa tahun terakhir.

BERITA TERKAIT

Menurut studi tahun 2011, suhu diperkirakan akan meningkat setidaknya 1,9 derajat celsius antara tahun 2021-2050 di beberapa bagian Nagaland.

Di wilayah timur laut India, jumlah kejadian curah hujan ekstrem tahunan diperkirakan meningkat sebesar 26% pada tahun 2050.

Dampak perubahan iklim ini diperkirakan akan menyebabkan penurunan jumlah mithun karena kurangnya ketersediaan sumber makanan dan meningkatnya penyakit mulut dan kuku.

Meningkatnya suhu dan curah hujan yang tidak menentu berdampak pada habitat mithun dengan mengubah distribusi dan komposisi vegetasi, kata Girish Patil, direktur Pusat Penelitian Nasional Penelitian Pertanian Dewan India tentang Mithun (ICAR-NRC) di Nagaland, India.

“Peristiwa cuaca ekstrem, seperti kekeringan dan banjir, dapat semakin memperburuk degradasi dan fragmentasi habitat, sehingga menambah tekanan pada populasi mithun,” ungkap Patil.

"Deforestasi juga mengurangi ketersediaan lahan penggembalaan yang cocok untuk mithun," kata Patil.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas